49 | prahara kacamata bos

Mulai dari awal
                                    

"Terus? Dianya nggak suka sama lo? Atau udah punya cewek lain? Atau malah udah nikah?"

"Dia jomblo."

"Terus?"

"Dia suka sama gue. Tapi nggak bilang. Greget nggak, sih?"

"Dia tahu lo suka juga sama dia?"

Sabrina diam.

"Nggak tahu? Ya udah, lo kasih kode aja. Tapi jangan kentara banget. Bikin malu."

Sabrina diam lagi.

Bisa juga, sih. Kan selama ini, Zane terlalu sering salah momen tiap berniat baik padanya.

Dia lagi sama Akmal lah, sama Bimo lah.

Mungkin nggak sih, dia nggak tahu kalau Sabrina juga suka padanya?

"Dia takut kali sama lo, nemplok sana-sini! Lo ada tampang tukang selingkuh, lagi!" Ibel mencibir. "Atau nggak, dia mikir lo gak bisa diajak serius. Jadi dia nunggu lo mateng dulu!"

"Nunggu apaan?" Sabrina melotot. "Lama anjir, keburu gue digebet orang lain!"

"Ya lo buktiin dong, kalo lo nggak seburuk yang dia pikir!" Ibel mematikan hair dryer-nya dan mulai ber-make up. "Lagian ngapain sih lo sok-sokan galau? Paling juga kalau udah dapet, baru pacaran bentar langsung putus! Lo kan bosenan. Udah gitu dikekang dikit, nggak bisa. Dinafkahin, malah sakit hati, tersinggung. Padahal mah, cewek lain kalau cowoknya mau beli rumah buat ditinggalin berdua nanti pas nikah, malah seneng, kali. Lo enggak. Malah diputusin. Dasar sarap! Sekarang capek kan lo, ngumpulin duit buat nyicil rumah sendiri? kalau dulu Bimo nggak lo putusin, paling sekarang lo udah dilamar, udah punya rumah sendiri yang udah lunas!"

"Please, deh, Kak. Nggak usah mengorek luka lama."

"Di mana-mana, pengalaman tuh di jadiin pelajaran, kali. Elo udah pacaran berkali-kali, masih aja bego! Putusnya karena masalah itu-itu aja!"

Sabrina mendengus. "Elo tuh kakak gue satu-satunya, tapi nggak pernah ngasih support!" Lalu tiba-tiba dia teringat satu masalah lagi. "Btw, cowok yang gue suka ini punya gebetan lain."

Ibel menoleh. Matanya menyipit, ingin menghina tapi ditahan. "Cowok yang lo suka ini brengsek apa gimana? Banyak amat gebetannya!"

Sabrina berdehem. Agak nggak rela Zane dibilang brengsek. "Ya nggak gitu juga. Si cewek ini udah deket sama dia dari lama, jauh sebelum kenal gue. Dan sampe sekarang mereka masih deket."

Ibel bangkit berdiri, berjalan menuju walk in closetnya. "Mending lo pastiin dulu, dia brengsek apa enggak. Dia beneran suka sama lo apa enggak. Bisa aja lo cuma dianggep kacamata baru di etalase mall. Meski dia udah punya kacamata branded favorit, pencinta kacamata jelas bakal beli yang baru kalau ada yang kelihatan menarik dan kebetulan dia ada duit. Tapi di hati dia, tetep hanya ada satu, yaitu kacamata favorit yang udah dia punya di rumah."

Sabrina melongo.

Lalu memilih keluar untuk mencari Milo.

Ketika dia kembali, kakaknya sudah berganti pakaian.

"Buseeet! Lo mau makan aja kayak mau menyambut klien Sultan!" Sabrina menyipitkan mata. "Cowok lo tajir? Pake banget?"

"Paan, sih!" Ibel mengaitkan strap sepatunya.

"Siape dia? Tumben gue nggak dikenalin? Apa gue setidak layak itu buat dipanggil 'adek'?"

"Lebay amat, sih!"

"Beeel, siape cowok lo?"

"Nanti gue kenalin. Sekarang cuma sempet pergi makan doang. Nanti kalo doi nganggur, gue nganggur, elo nganggur, kita liburan bareng."

Sabrina manyun. Berasa seperti anak kecil yang sedang diberi janji-janji manis. Hampir pasti tidak akan jadi nyata.

Tak lama terdengar mobil berhenti di depan rumah. Sabrina langsung mengintip ke jendela.

"Itu cowok lo? Kok kayak masih muda banget, seumuran Ucup itu mah!"

"Bukan. Itu supirnya."

"What? Mau dinner aja lo dijemput supir?" Mata Sabrina membeliak. "Jangan bilang lo jadi selingkuhan Om-Om? Siape? Pejabat? Pengusaha batubara?"

"Bukaan. Santuy dikit bisa nggak?"

Ketika kakaknya keluar rumah, Sabrina ikut keluar bersama Milo.

"Lah, lo mau ke mana?" tanya Ibel.

"Pulang, lah."

"Padahal mau gue bungkusin elo makan."

"Gue nggak semelarat itu!"


~


Akmal Abdul Basit
Jangan lupa beli
kado wisuda gue.


Sabrina melotot membaca pesan masuk di HPnya.

Mana ada orang maksa minta dikado? Di akhir bulan pula!

"Ck." Sabrina menoleh ke Milo. "Lo makan malem sendiri, ya. Mami mau pergi beli kado buat Om Akmal."

Saat mengambil kotak sereal Milo dari kabinet, pandangan Sabrina jatuh pada sebuah kacamata yang tergeletak di atas counter top dapur.

Kacamata Zane?

Kenapa bisa pas banget?



... to be continued

Btw, AU yg w janjiin udah mengudara ya. Isinya tentang jiwa Zane dari cerita ini dibalikin ke zaman Wrongful Encounter. #TimZaneMenderita

 #TimZaneMenderita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang