53 | sabrina jatuh miskin

Start from the beginning
                                    

"Galau?" Karen yang baru keluar dari gudang mengambil stok kertas menghampiri mejanya.

Timothy mesem.

"Kagak." Sabrina mengelak.

"Kalau lo mau, gue bisa nyuruh Juned ngorek info ke Rachel, dan gue bisa bantu nanya-nanya ke Mbak Iis, perihal hubungan asmara tu orang dua. Dan itu harus cepet. Maksimal hari ini, sebelum kita sibuk ngurus wedding-nya Edgar-Tessa."

"Nggak perlu."

"Yakin? Lo kelihatan banget kalo lagi broken heart, tau."

"Siapa juga yang broken heart!"

"Ya udah, kalo gitu cheer up, dong! Gue udah bikin itinerary buat kita selama di Sydney. Pokoknya balik dari sana, dijamin lo bakal lupa betapa jomblonya elo."

Sabrina manyun, sementara Timothy ngakak tanpa malu-malu.

Tiba-tiba Timothy menyenggol Sabrina, menunjuk ke arah halaman dengan dagu.

Kedua temannya menoleh serempak, ke arah mobil Rachel yang baru tiba. Dan seperti biasa, tak lama kemudian Zane dan Rachel keluar dari mobil sambil terbahak-bahak, seolah dunia ini hanya milik berdua.

Sabrina langsung merasa seperti kebakaran jenggot.

Timothy refleks mengelus-elus pelan punggungnya, berbelasungkawa.


~


Sabrina masuk ke ruangan Zane dengan wajah ditekuk-tekuk, segera mengambil kursi dan menyeretnya ke seberang meja sang Bos.

Mbak Iis sedang super sibuk mengurus project Juned, karenanya hari ini Zane yang memeriksa tabulasi anggaran final yang sudah Sabrina susun, setelah ribuan kali revisi.

"Dua minggu ini jadwal kita padat banget, ya." Zane membuka pembicaraan.

Sabrina memandangnya dengan wajah datar. "Besok seminar terakhir Timothy, terus dia fokus ngurus wedding Edgar. Mbak Iis bilang, semua seminar nanti dialihin ke gue sama Akmal."

Zane manggut-manggut. "Project lo gimana?"

"Sebelum ke Sydney udah gue beresin semua. Nanti selama gue di Sydney, Timothy yang bantu buat controlling."

"Project lo minggu ini cair tiga puluh persen, kan?"

"Yep. Paling lambat gue kelarin besok administrasinya, biar lusa bisa pencairan."

"Kelarin hari ini aja."

Sabrina melotot, tapi enggan membantah. Mood-nya benar-benar buruk. Kalau saja tidak ingat Zane ini bosnya, pasti sudah dia cakar-cakar itu muka sok ganteng.

"Ashiaaap. Gue kan emang spesialis lembur," ujarnya sarkas.


~


"Mak, ngopi yuk!"

Karen langsung mengajaknya begitu Sabrina turun kembali ke bawah.

Sebenarnya Sabrina sedang malas makan atau minum apa pun , tapi mendadak dia ingin melihat muka Rachel secara live. Biar tahu apa kelebihan cewek itu dibandingkan dengan dirinya, at least physically.

"Gue nemenin doang, ya."

"Yuhuuu."

Dan Rachel ada di sana, berdiri di balik counter.

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Where stories live. Discover now