"Capek?" tanya Juned—yang hari ini menggantikan Timothy duduk di front deskbasa-basi sambil menerima nasi kotak dari Sabrina, dan langsung nyelonong ke pantry sebelum pertanyaannya dijawab.

Karen yang mendengar suara ribut-ribut di bawah langsung turun. "Lama ih. Hampir aja gue ama Ucup order Go-food."

Sabrina menunjuk kotak nasi di meja dengan dagu, kemudian duduk di sofa.

Timothy memasuki lobby dengan membawa tas besar, dan langsung menyembunyikannya di balik mejanya karena masih malas beres-beres, kemudian duduk di sebelah Sabrina, melepas penat.

"Sepi amat. Belum pada balik dari tempat Akmal?" tanyanya.

"Belum," sahut Karen sambil mulai mengunyah.

Merasa ada yang aneh dengan temannya, Timothy menautkan alis. "Makan mah makan aja, kali, Ren. Ngapain lo mesam-mesem gitu? Kayak nggak pernah dapet nasi kotak gratis sisaan panitia aja."

Karen melengos. "Ada yang pengen gue bahas, tapi tunggu gue makan dulu. Laper."

"Paan?"

"Tentang Sabrina ama Zane."

Sabrina kontan melotot mendengar namanya dibawa-bawa. Dipasangkan dengan Bosnya pula. "Ada-ada aja, lo! Kedengeran yang lain, malah mikir yang enggak-enggak ntar!"

"Di sini tinggal Ucup ama Juned doang. Ucup mah mulutnya rapet, nggak doyan ghibah. Kalo Juned kan udah tau, jadi nggak masalah kalo dia denger."

Sabrina mendengus, langsung bangkit berdiri, menuju pantry, tiba-tiba merasa haus.

"Ambilin kunyit asem gue sekalian!" Timothy berseru di belakangnya.

Sabrina malas menyahut dan segera menutup pintu.

Saat dia kembali, Karen sudah hampir selesai makan karena tadi dia kelamaan menginterogasi Juned di pantry, yang ternyata tidak menghasilkan apa-apa. Juned bersikeras bahwa dia tidak mengatakan apapun ke siapa pun!

"Jadi ada apa antara Sabrina dan Zane?" tanya Timothy tanpa menunggu Sabrina duduk. Sabrina yang merasa kesal batal menyerahkan kunyit asem Timothy ke pemiliknya, malah dia minum sendiri.

Tapi Timothy memang sudah lupa, lebih tertarik pada hal lain.

"Ada hubungan antara bos dan karyawan." Sabrina menjawab cepat.

Timothy menoleh, berdecak. "Selain itu, kampret!"

"Kagak ada. Emang lo kira ada apa?"

Karen menutup dan meremas kardus nasi kosongnya. "Gue udah berhasil mengancam si Juned keleus, saksi mata kejadian di apartemen Zane pas karantina. Lo nggak bisa ngeles lagi."

Pegangan Sabrina pada botol kunyit asem mengerat.

Sebenarnya nggak masalah, sih, kalau teman-temannya tahu. Toh bukan sesuatu yang penting.

Cuma aneh saja rasanya, menjadikan dirinya sendiri sebagai objek ghibah. Ada rasa tidak rela.

"Jun bilang gimana?" Timothy bersemangat sekali, sementara hidung Sabrina mulai kembang-kempis, waspada.

"Doi mergokin si Bos lagi ngelonin si Jablay satu ini, nih!"

"WHAT??" Mata Timothy membeliak.

Sepasang mata Sabrina juga melotot, otomatis mencubit lengan Karen keras-keras. "Lo ngomong apaan sih? Omongan Juned lo percaya!"

"Sst! Diem dulu!" Timothy mengembalikan fokus Karen. "Gimana, gimana, Ren? Gue nggak paham."

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Where stories live. Discover now