(1) Mau Kuantar Pulang?

13.3K 1.3K 253
                                    

Yang barusan adalah kali terakhir sebelum jam makan siangnya. Jennie menghela napas lelah. Berharap hari ini cepat berlalu dengan baik-baik saja meski memang tidak pernah lagi ada kata itu semenjak kepergian Jungkook, suaminya. Hidupnya menjadi lebih susah dan terasa menyengsarakan bahkan dari sebelum ia bertemu dengan pria yang masih memiliki seluruh hatinya itu.

Andai pria itu tahu, dia mungkin takkan pernah mau meninggalkan Jennie dengan seperti ini. Bebannya terlalu berat sekarang sampai kedua bahunya serasa akan ambruk hari demi hari. Air mata yang ia tumpahkan, tidak pernah membuat orang lain iba. Mereka pikir Jennie tidak kehilangan. Mereka pikir, Jennielah yang menyebabkan Jungkook meninggal.

Padahal, siapa juga yang mau menjadi janda seminggu setelah pernikahannya? Ini terlalu berat, Jennie tidak kuat.

Mengusut air mata yang belum sempat jatuh kembali, ia jejalkan ponselnya kemudian ke saku jaket. Menarik napas dalam, ia menguatkan diri. Menanamkan lagi kata-kata bahwa ia harus tetap bertahan. Ia harus tetap hidup, ia harus tetap sehat. Maka ia berniat menyantap makan siangnya ketika kotak nasinya tiba-tiba jatuh dari pangkuan.

Jennie menahan napas lagi. Air matanya kembali menyeruak manakala melihat makan siangnya telah berhamburan di tanah tak lagi bisa diselamatkan. Ketika ia mengangkat wajah, ia mendapati seorang perempuan cantik bergaun feminim tengah menatap sengit ke arahnya.

"Kau masih sanggup makan setelah membunuh kakakku? Apa kau ini sungguh tak merasa bersalah?" Perempuan itu berujar.

Jennie berdiri, air matanya mulai berjatuhan meski sekuat tenaga ia tahan. Ia tidak ingin terlihat lemah, tapi sungguh ia tidak memiliki kekuatan lagi. Perempuan di hadapannya hanya menatapnya angkuh. Meski wajahnya terlihat sedikit mirip Jungkook, nyatanya dia tidak dapat mengobati rindu Jennie akan sosoknya. Dia benar-benar mengerikan.

"Apa jika aku merasa bersalah aku harus menunjukkannya padamu? Apa orang yang kehilangan tidak boleh makan? Bukan hanya kau dan keluargamu yang merasa kehilangan, aku juga-"

"Kau yang mati," potong gadis itu. Jennie tercenung. Hatinya mencelos. "Seharusnya kau yang mati, bukan kakakku."

Pertemuannya dengan Jeon Heejin-adik perempuan Jungkook, selalu mampu membuat Jennie terpukul. Perempuan itu sangat membencinya. Dia terus meneror dan mengatakan hal-hal yang membuat Jennie tidak ingin hidup lagi. Perempuan muda itu terus menyalahkan tanpa pernah mau tahu apa pun dari sisi Jennie, apa yang perempuan itu rasakan. Padahal, tidak pernah ada yang ingin Jungkook pergi. Tidak ada yang pernah ingin orang yang paling dicintainya pergi dari dunia ini. Kenapa semua orang menyalahkannya? Memang apa yang Jennie dapat setelah Jungkook meninggal?

Derita. Hanya itu.

Mereka semua sudah mengambil segala peninggalan milik Jungkook. Aset yang Jungkook tinggalkan untuknya, barang-barangnya, bahkan kenangannya, dan hanya menyisakan kepahitan bagi Jennie. Lantas mereka mau apa lagi? Ingin Jennie benar-benar mati? Apa ia bahkan tak boleh bangkit atas keterpurukan ini? Apa dia tak boleh melanjutkan hidup demi Jungkook-demi cita-citanya yang belum tercapai?

"Mulai hari ini, aku akan selalu membuatmu bahagia."

"Bohong!"

"Kelak, kita harus memiliki banyak keturunan. Menghabiskan hari tua bersama. Kita harus melewati ulang tahun ke seratus bersama-sama."

"Bohong!"

"Aku akan selalu melindungimu, istriku ... Jennie."

"Bohong!"

Ini titik terakhir kekuatannya. Jennie sudah tidak sanggup lagi. Dia ingin menyusul Jungkook, ia pikir setelah itu semuanya akan baik-baik saja. Air itu begitu tenang, Jennie yakin takkan ada yang menyakitkan, mungkin hanya sedikit. Setelah itu ia akan bertemu Jungkook dan tak ada yang akan menyalahkannya lagi. Dia sungguh tidak mampu lagi menghirup napas di dunia selagi lehernya terus dicekik.

WIDOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang