(4) Tuan Tampan

4.4K 766 134
                                    

Kaki Jennie belum selesai bergetar. Dia mungkin sedang bermimpi tengah menjadi kru sebuah kapal pesiar mewah dengan kapasitas enam ribu orang di dalamnya. Untungnya ia tidak ditugaskan untuk mengabsen mereka semua.

Ia sudah berpakaian pelayan rapi nan seragam dengan yang lain ketika mengikuti rombongan menuju tempat berlangsungnya pesta. Seorang milyarder kabarnya menyewa kapal raksasa itu untuk pesta pribadinya, jadi Jennie pikir penumpang kapal itu sekarang tidak sebanyak kapasitasnya mengingat acara itu dikabarkan cukup privat.  Mungkin hanya tamu-tamu khusus, orang-orang penting. Jadi sekarang Jennie mulai memperkirakan bagaimana suasana pestanya.

Mereka—termasuk Jennie dan Nayeon, tiba setengah jam sebelum acara dimulai. Cepat-cepat mereka menata gelas dan piring, menuang berbagai macam jenis minuman ke gelas-gelas kaca nan cantik. Pesta besar itu diadakan di bagian kolam renang dengan pemandangan laut lepas yang indah. Lampu-lampu kristal menghiasi atap, begitu mewah. Bunga-bunga segar juga ditata dengan sangat cantik dan segar hampir di setiap sudut. Kursi-kursi berderet di sisi yang jauh dari perhatian. Sebuah panggung juga telah berdiri di depan kolam, musik klasik terdengar dimainkan oleh rombongan pria bertuxedo rapi. Semua yang terlibat dalam ruangan itu nampak formal dan berkelas.

Jennie tidak bisa berkedip menyaksikan apa yang ada di depan matanya kini. Mulutnya terus menganga, angannya pergi ke mana-mana. Setelah tugas awalnya selesai, ia berdiri di dekat meja prasmanan sambil membawa nampan berisi anggur putih bermaksud bersiap-siap. Nayeon bilang saat para tamu sudah datang Jennie perlu berkeliling menawarkan minuman. Terdengar seperti adegan-adegan film yang pernah Jennie tonton, jadi dia sudah mempersiapkan diri.

"Besiaplah! Para tamu akan masuk sebentar lagi," kata Nayeon sambil memaksa Jennie meminum Wine yang ia curi dari meja.

Sebagian besar pelayan melakukannya, sebab inilah cara mereka menikmati minuman mewah tanpa membayar. Asal mereka melakukannya tanpa ketahuan kepala tim mereka, semua makanan mewah yang ada di tempat ini bisa dicicipi.

Jennie berdiri dengan gusar di tempatnya begitu suara ramai terdengar begitu pintu utama dibuka. Mereka sama-sama melihat pria-pria bersetelan rapi memasuki ruangan itu kemudian menyebar ke seluruh penjuru. Dalam waktu beberapa menit saja ruangan itu sudah penuh dengan orang-orang kaya yang didominasi kaum Adam. Jennie merasa sedikit takut untuk berjalan-jalan menawarkan minuman sendirian. Wajah-wajah mereka membuatnya segan. Lebih dari itu Jennie sangat takut menyebabkan masalah. Dia sering sial akhir-akhir ini.

Jennie akhirnya berpisah dari Nayeon setelah kepala tim mereka menegur dirinya yang terus beriringan dengan Nayeon seperti dua anak anjing yang kehilangan induknya. Berusaha fokus, Jennie akhirnya melangkah hati-hati sebab selain seragam yang diberikan untuknya sedikit kekecilan sehingga dirinya merasa pengap, Jennie pun diharuskan memakai sepatu berhak. Meskipun tidak terlalu tinggi, sepatu seperti itu bukanlah gayanya. Namun beruntung beberapa orang yang ia tawari minuman cukup ramah, memberinya senyum berwibawa hingga Jennie tak kuasa memandang wajah mereka seolah hal itu adalah dosa. Berkat itu minuman di tangannya cepat habis sehingga Jennie buru-buru kembali ke belakang demi mengisi nampannya kembali.

Ia sempatkan untuk bernapas. Mengelap peluh yang merembes karena gugup. Mengamati suasana pesta sebentar, sungguh hal seperti ini mungkin akan jadi pengalamannya sekali dalam seumur hidup. Kalau saja percobaan bunuh dirinya beberapa waktu lalu terwujud, Jennie mungkin takkan pernah melihat yang seperti ini. Mungkin memang dia pada akhirnya harus bisa merelakan Jungkook dan menikmati hidup. Tapi untuk saat itu rasanya sulit sekali.

"Jennie?"

Perempuan itu merajuk ketika suara Nayeon menyentaknya. Perempuan itu sudah kembali juga rupanya.

"Ikut aku sebentar," kata Nayeon lagi seraya meraih tangan Jennie, membawanya berjalan menembus kerumunan.

"Kita mau ke mana, Nay?" tanya Jennie.

WIDOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang