(9) Sebut Namaku

7.2K 751 90
                                    

Baru beberapa minggu, namun bangunan tua itu semakin nampak reot saja. Mobil Porsche hitam yang kini terparkir di halaman depan nampak begitu kontras. Beberapa penghuni yang melihat seorang wanita turun dengan gaun formal layaknya anggota keluarga kerajaan merasa terancam. Mereka belum dengar kabar bahwa gedung yang mereka huni akan segera dijual. Segera setelah ini, demo harus dicanangkan.

Namun kedatangan perempuan itu sama sekali tak perlu menjadi kekhawatiran banyak orang. Ia yang kemudian mengangkat jemarinya dengan anggun, disambar segera seorang pria muda yang sigap membantunya berdiri dari kursi mobil dalam mode tenang. Tas Chanel hitam keluaran terbaru ditentengnya di tangan yang lain. Sekali lagi membenarkan letak kacamata hitamnya, perempuan dengan lipstik semerah delima itu mulai membawa sepatu hak tingginya memasuki lobi gedung.

Puluhan pasang mata mengintip dari balik pintu, nampak kepalanya saja seperti hantu. Jennie tak terlalu hirau, sebab ia pun tak memiliki waktu sekedar untuk melihat mereka. Setelah mengutarakan maksud kedatangannya kepada penjaga gedung dan membuatnya takjub saat mengungkapkan identitasnya, perempuan itu kemudian diarahkan ke lantai dua. Tempat seseorang yang ia cari tinggal.

"Ini unitnya, Nona. Kalau ada yang dibutuhkan lagi, saya ada di bawah," tutur pria tua penjaga gedung sebelum ia pergi meninggalkan perempuan itu bersama pengawalnya saja.

Perempuan itu nampak berdiri lama di depan unit yang nampak sunyi. Ia sanksi seseorang yang ingin ia temui masih ada di dalam, namun rasanya penjaga gedung takkan berani membohonginya.

Nayeon ... apa yang membuatnya tidak melarikan diri setelah menjual Jennie? Bukankah uang yang ia dapat sangatlah banyak?

"Yuta, ketuk pintunya."

"Baik, Nona."

Pintu kayu itu tak kunjung terbuka setelah ketukan pertama. Jennie masih menatap lurus ke depan, tanpa emosi sedikit pun di wajahnya. Yuta yang di sisinya merinding sendiri, bagaimana kini perempuan lemah yang ia buntuti hampir setahun lamanya telah berubah menjadi nyonya yang ditakuti semua pelayan dalam semalam.

Belum sempat buku tangannya menyentuh kembali daun pintu, suara angsel yang diputar terdengar. Mereka sama-sama mengerjap, menanti sosok yang akan mereka temui menampakkan diri. Kemudian pintu itu akhirnya terbuka. Seorang perempuan nampak berdiri di sana dengan wajah pucat dan rambut lusuh. Kini menatap dua tamunya dengan mata memicing. Entah sudah berapa lama perempuan itu tak mencium bau sinar mentari. Harinya nampak kacau.

Sebelah alis Jennie mengernyit, heran. Ia pikir Nayeon sudah hidup bahagia bersama sekoper uang tunai, namun keadaannya ini layak disebut memprihatinkan. Perempuan itu juga nampak kehilangan sedikit berat badan. Tulang pipinya nampak menonjol. Pun lingkar hitam di bawah matanya sudah serupa panda.

"Ada yang bisa kubantu?" tanyanya dengan suara parau.

Nayeon yang menyedihkan nampak mengamati dua orang berpenampilan mahal di hadapannya sekali lagi. Sampai kemudian sang perempuan melepas kacamatanya, mata Nayeon membelalak. Mulutnya terbuka tanpa suara, dan gemetar segera menjalar ke seluruh tubuhnya. Ini lebih menyeramkan dari pada diteror oleh hantu. Perempuan itu segera bergerak menutup pintu, namun ia lupa siapa gerangan yang kini tengah ia hadapi.

Jennie yang berdiri di hadapannya sekarang jelas bukan Jennie yang pernah tinggal bersamanya sebulan lalu.

Yuta segera mengulurkan kakinya demi menghalangi pintu itu. Nayeon yang tanpa sadar sudah menangis ketakutan tak lagi bisa menahan pintu itu. Begitu tangannya lepas, benda itu membentur tembok dengan keras. Ia melangkah mundur begitu melihat Jennie dengan sosok barunya melangkah mendekatinya dengan suara sepatunya yang menggema. Siluetnya di ruangan unitnya yang gelap serupa makhluk kegelapan. Nayeon memejamkan matanya mulai terisak. Tangannya terangkat meminta pengampunan.

WIDOW [✓]Where stories live. Discover now