(25) Aku Juga Membunuhnya

3.5K 650 189
                                    

Situasi yang ia ingat sebelum dirinya dipaksa jatuh terlelap mengingatkannya pada salah satu adegan favoritnya dalam film Twilight. Sebuah proses persalinan dramatis yang dihadapi Bella bersama seorang vampir dan manusia serigala. Di kehidupan nyata, rasa sakit itu jauh lebih mengerikan. Ia terus meraung sementara dokter tidak bisa melakukan banyak hal sebab bukan bayi yang akan keluar dari rahimnya. Mereka justru berusaha membuat bayi dalam kandungannya tetap bertahan selagi ada sesuatu yang memaksanya keluar.

Entah apa yang dokter suntikkan, Jennie menjadi waswas dan terus meneriaki Taehyung yang nyatanya hanya mampu terdiam di sisinya selagi genggaman tangannya tidak juga lepas. Samar-samar Jennie melihat pipinya yang basah, juga umpatan lolos dari diamnya setiap kali Jennie menjerit mengungkapkan rasa sakitny. Kerah jas kebanggaan dokter Taehyung tarik kasar, sebuah ancaman pembunuhan ia gaungkan lantang.

"Apa yang kau lakukan pada Jennie?"

"Mohon tenang, Kim Taehyung. Kita sedang berusaha menyelamatkan wanitamu."

"Apa yang kalian suntikkan ke tubuhku? Jangan turuti perintahnya! Jangan bunuh aku!"

Meski berkali-kali ingin mengakhiri hidup dan berpikir penderitaan akan berhenti jika nyawanya dicabut, Jennie sadar kematian itu menakutkan, juga ... sakit. Dan untuk saat ini saja ia belum mau mati. Biarkan Jungkook menunggu lebih lama. Jennie tidak ingin mati seperti ini.

"Sampai terjadi sesuatu pada Jennie ... kubunuh kalian semua yang berada di ruangan ini!"

"Diam atau kau yang kusuntik mati!"

"Sakit! Arrgggh .... Selamatkan aku!"

Kemudian bayangan-bayangan itu hilang digantikan kabut tebal yang tak bisa ditembus. Jennie tersentak setelah merasa tubuhnya jatuh dari tempat yang amat tinggi. Begitu matanya terbuka karena takut, ia telah berada di ruangan yang jauh berbeda dari terakhir kali. Nampaknya ia sudah dipindahkan dari tempatnya bertarung melawan kesakitan itu. Ruangannya sekarang jauh lebih tenang dan rasa sakit di tubuhnya sudah menghilang digantikan lelah yang belum juga hilang.

Lantas melebarlah netra beningnya sehingga ia menyibak selimut, ditelitinya perutnya saat ini. Tak ada lubang atau sobekan, Jennie merasakannya. Namun ... apakah yang di dalam masih hidup?

Pintu ruangannya terbuka tak berapa lama seolah seseorang memang akan datang jika ia membuka mata. Jikalau dia adalah Taehyung, Jennie sudah bersiap untuk menganiaya. Namun Nakamoto Yuta yang ada di sana. Segera menghampiri ranjangnya dengan senyum penuh kelegaan yang baru pertama kali Jennie saksikan.

"Nona sudah bangun? Saya akan memanggil suster," katanya.

Rupanya dia memang hanya akan memeriksa dan tak berniat memberitahu apa-apa sehingga Jennie menahan tangan Yuta sebelum pria itu meninggalkan ruangannya. Ada yang perlu Jennie pastikan.

"Ya, Nona?" tanya pria muda itu.

Tidak ada tanda-tanda Taehyung di rumah sakit, ini adalah keuntungan Jennie. Pria itu mungkin tak sanggup menampakkan diri setelah tahu bahwa bayi yang ia bunuh adalah darah dagingnya. Betapa sakitnya hati Jennie mengingat semua itu. Betapa kejamnya Kim Taehyung. Dia semudah itu mempermainkan hidup orang lain.

"Bayiku tidak selamat?"

Jennie tak kuasa membendung air matanya. Betapa ia sadar sekarang jika bayi itu menjadi sangat penting setelah Jungkook yang ia cintai. Kehilangannya ... seperti saat ia kehilangan Jungkook. Separuh nyawanya serasa telah pergi.

"Dokter sudah melakukan yang terbaik. Kita ... hanya perlu menunggu keajaiban," jawab Yuta tidak menenangkan.

"Maksudmu bayiku mati?"

WIDOW [✓]Where stories live. Discover now