(18) Bidadari Mimpi

3.6K 582 156
                                    

"Kupikir tadi dia bilang akan membeli anggur untuk Nona Manobannya itu? Bukannya ini toko pakaian?" gumam Jennie tak habis pikir.

Jennie tahu betapa senangnya Taehyung karena pada akhirnya Jennie bersedia menghubungi Lalisa Manoban. Usahanya terdengar mustahil, namun Jennie pikir ia harus mulai percaya bahwa Lalisa menyukainya. Perempuan itu menyetujui ajakan makan Jennie tanpa syarat, padahal Jennie pikir perempuan itu seseorang yang sibuk. Dia bahkan tidak mempermasalahkan hari dan jamnya. Seolah Jennie bisa dengan mudah meraih hati perempuan itu untuk segera menandatangani kontrak kerja sama. Kedengarannya ini kabar bagus. Jennie tidak perlu lagi menjadikan ini beban. Jikalau kerja sama Taehyung dan perempuan itu berjalan lancar, Jennie akan mendapat imbas baik, bukan? Lagi pula ia mulai setuju dengan saran Yuta. Jennie harus segera pindah ke rumahnya sendiri. UN Village, Jennie sudah menandainya.

Namun, ya ... sifat Taehyung akhir-akhir ini sedikit berubah dan sulit ditebak. Pria itu hampir tidak pernah menunjukkan sisi manusianya pada orang di luar lingkungannya. Dia lebih mirip robot yang sempurna, atau AI mungkin lebih ngetrend. Namun semenjak Jennie mengandung sikap Taehyung ikut berubah. Padahal Jennie pikir hanya dirinya yang akan mengalami perubahan. Siapa saja akan sadar bayi yang ada dalam kandungan Jennie adalah milik Taehyung jika fenomena ini dihubungkan. Hanya saja Taehyung itu sedikit bodoh. Dia tidak peka. Jelas hanya Taehyung yang aneh di sini. Dia bertindak di luar kebiasaannya.

"Bisakah saya mengatakan bahwa Bos ngidam lagi?" timpal Yuta.

Pria muda itu juga nampak jengah dengan kelakuan bosnya meski wajah tampan itu tak menunjukkan gestur berarti. Jennie mulai paham dengan emosi pria muda ini meski dia tak serta-merta mengubah  ekspresi wajahnya. Dan sesekon setelah pria muda itu berkata demikian Jennie menjadi gugup. Jika Yuta saja sadar seharusnya kecurigaannya tentang siapa ayah dari bayi yang Jennie kandung sudah sampai ke telinga Taehyung. Namun melihat tatapan menuduhnya sekarang, Jennie rasa Yuta belum mengungkapkannya.

Merasa sedikit terancam, Jennie akhirnya memilih menyusul Taehyung yang sedang memilih kemeja. Beberapa pramuniaga membawakan berbagai macam model kemeja dengan beraneka warna juga bahan. Begitu melihat Jennie datang, pria itu meminta saran dengan riang.

"Mana yang cocok denganku?" tanyanya.

"Haruskah kau membeli baju baru hanya untuk makan dengan perempuan itu?" tegur Jennie sedikit kesal.

"Bukankah hari itu akan jadi momen spesial? Kita perlu merayakannya," jelas Taehyung.

"Kau terlalu bersemangat, Kim. Belum tentu Nona Manoban menerima tawaranmu."

"Jangan lupa jika mau atau tidaknya dia itu bergantung padamu, Sayang."

Jennie terdiam. Beberapa saat tak temukan argumen untuk mendebat. Maka kemudian ia meraih salah satu kemeja berwarna hitam yang sedang dipegang oleh pramuniaga dan membawanya menuju kasir. Taehyung mengekor di belakangnya dengan heran namun tak melarang.

"Apa? Cepat sekali kau menentukan pilihan," ujar Taehyung kemudian.

Jennie membalik badannya, memberi Taehyung tatapan jengah. "Kita tidak memiliki banyak waktu. Setelah ini belikan gaun untukku juga. Aku tidak boleh kalah cantik dari perempuan itu di acara makan-makan nanti," jelas Jennie membuat Taehyung tertawa.

"Apa pun yang kau inginkan, Sayang."

Melihat sikap Taehyung menjadi lebih manis sebenarnya menyenangkan, namun Jennie tetap merasa waswas. Pria itu bersikap demikian lantaran menaruh kepercayaan tinggi pada Jennie. Jika perempuan itu mengacaukan acara makan dan tak bisa memanfaatkan ketertarikan Lalisa padanya dengan baik, Jennie hanya perlu bersiap-siap sikap lama pria ini kembali. Taehyung jelas perlu diantisipasi. Sudah pasti dia menjadi baik karena suatu alasan.

WIDOW [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang