Bab 03-1: Kematian Ketiga

80 17 35
                                    

Regi tertawa hambar, pandangannya sudah buram karena tubuhnya melemah terkena beberapa kali hantaman dan serangan dari Rim. Kekuatannya benar-benar luar biasa, dan juga tenaga Regi telah habis terkuras oleh pertandingan sebelumnya.

"Kenapa kau hanya menghindar?" Rim berdiri di hadapan Regi yang hampir sekarat karenanya. "Bukankah kau memiliki kekuatan besar, tidak ingin melawanku?"

Tangan Regi meraih pedang miliknya, tetapi Rim menendang pedangnya cukup jauh sehingga Regi tidak bisa mengambilnya. Kedua sorot mata Regi perlahan menatap Rim, ekspresi bencinya itu tergambar dengan jelas, seperti rasa sakit yang begitu mendalam telah dialaminya.

"Apa kau sudah menyerah Tuan Klaussè van de Aldsteins?"

Satu serangan dari pedang besar yang melayang milik Rim menusuk tubuh Regi hingga membuatnya tidak sadarkan diri.

***

"Kauingin mati begitu saja?"

Regi hanya diam memandang langit-langit hitam 'tak berbentuk, sepertinya saat ini Ia berada di ruang jiwa antara dirinya telah mati atau tidak. Regi sendiri masih berbaring tanpa mau mengubah posisinya, Ia begitu lelah dengan semua ini.

Tanggung jawab yang diterimanya terlalu besar, Ia tidak sanggup menerima semuanya. Kenapa harus dirinya? Hanya karena kemiripan? Atau kah Regi sudah membuat kesalahan besar yang 'tak termaafkan? Sebenarnya apa tujuan Klaussè memberikan beban sebesar ini?

"Sudah berapa kali kau menghela napas dengan berat?"

Regi menoleh, Ia cukup terkejut melihat Gardana yang berada di sampingnya. Ia pikir saat ini tengah mengobrol dengan Malaikat Kematiannya. Terlebih lagi suara Gardana begitu berat dan menyeramkan seakan Malaikat Kematian datang menjemput, sama seperti bayangan Regi.

"Bagaimana bisa kau datang?" tanya Regi yang kembali pada posisi awalnya, berbaring sambil menatap langit-langit hitam.

"Kita sudah terhubung."

"Bagaimana bisa?"

"Setitik darahku menyatu pada tubuhmu, kau masih mengingat mata kirimu buta?" tanya Gardan dan hanya dijawab anggukan oleh Regi. "Sebagian panah itu terbuat dari darahku, aku sengaja melakukannya."

Regi beranjak bangun lalu memicingkan matanya memandang Gardana. "Jadi kau sengaja membuatku buta?"

"Ya."

Ingin kesal pun, Regi tidak akan bisa. "Sebenarnya apa tujuanmu?"

"Sejak dulu Lamia ingin aku menjadi penjaga Klaussè, itu permintaan terakhir yang pernah Ia katakan padaku," jelasnya.

"Tidak ingin menjaga Gissèl, Rim atau Lou?" tanya Regi beranjak berdiri dan berjalan mendekati Gardana.

"Menjaga Rim," ucap Gardana singkat. "Aku akan menjaga bocah itu."

"Kalau begitu, maukah kau membantuku?" pinta Regi mengulurkan tangannya pada Gardana, dan Makhluk itu hanya diam menatap tangan Regi.

"Lebih baik kaubangun." Gardana mengepak sayapnya seakan menampar Regi cukup kuat.

Regi membuka matanya dengan paksa, Ia memandang sekeliling terlihat Lemyth yang tersenyum dengan bangga. Dan satu pelukan erat dari Gissèl mengalung di tangan Regi. Di mana dirinya saat ini?

"Syukurlah Tuan telah sadar, kupikir Tuan akan mati begitu saja...."

"Maaf Papa...." Gissèl masih pada posisinya seakan dirinya tidak ingin melepaskan Regi, Ia bahkan terlihat merasa bersalah, ada apa sebenarnya?

Regi memandang Lemyth meminta penjelasan tentang semua ini, Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi. Seingatnya Ia berada di arena berhadapan dengan Rim, dan sekarang Ia harus kembali kehilangan Rim.

Emperor Crown: The Cursed ChildWhere stories live. Discover now