Bab 03-8: Akhir dari Segalanya?

117 16 19
                                    

Regi hanya diam memandang Gissél yang tergeletak 'tak bernyawa, darah mengalir cukup deras akibat pengambilan jantung sebelumnya. Tanpa sadar langkah kaki Regi mendekati gadis kecil itu.

Ia telah gagal, seorang anak kecil asing yang selama ini diperjuangkan dengan seluruh nyawanya harus berakhir begitu saja dengan mudah. Salah satu mata Regi adalah korban pertama yang Ia relakan demi menyalamatkannya, dan sekarang gadis kecil itu telah pergi dengan begitu mudah hanya karena keteledoran dirinya.

Regi tidak rela, sangat.

Saat tangannya hampir menyentuh tubuh Gissél, suara dentingan pedang terdengar. Velix yang telah berhasil menghalau serangan panah es dari sang Naga yang diarahkan pada Regi sebelumnya, di sana juga telah ada Lalafeil yang membantu pemuda itu untuk berteleportasi. Dengan satu anggukan sebagai isyarat, Lalafeil kembali melakukan teleportasi menuju tempat Gardana beristirahat.

Mereka sampai di puncak dinding yang mengelilingi Istana Atorim, sebuah tempat yang sering dijadikan sebagai tempat memanah jika ada penyusup berusaha memasuki Istana Atorim.

"Apa yang Tuan pikirkan?" tanya Velix setelah mereka sampai ke tempat yang cukup tenang dari chaos sebelumnya.

Regi menghela napas, setelahnya Ia menoleh, memandang Velix tajam. "Tentu saja Gissél! Apa kaupikir mudah merelakan gadis itu yang mati tepat di depan mataku dengan begitu mudah sedangkan sebelumnya aku berjuang mati-matian demi menyelamatkannya?!"

"Tetapi seharusnya Tuan tidak gegabah seperti itu," ujar Velix dengan suara yang seakan ditekan, sepertinya emosi pemuda itu juga tersulut.

"Apa kaupikir mudah melakukan ini semua?! Dipaksa datang dan merelakan nyawa untuk menyelamatkan nyawa orang yang ti—

Ucapan Regi terhenti saat setelah kicauan nyaring Gardana terdengar memekakan telinga, memberhentikan perdebatan di antara Regi dan juga Velix. Dan keadaan pun menjadi sunyi setelahnya.

Regi sendiri menarik napasnya dalam-dalam lalu membuangnya dengan kasar, Ia hampir saja mengungkapkan segalanya. Memberitahukan identitas aslinya hanya karena emosinya yang tidak stabil. Tetapi Ia memang benar-benar tidak rela, saat dirinya mempertaruhkan nyawa demi Gissél dan juga Rim, dan sekarang ada orang brengsek yang berani membunuh Gissél dengan begitu mudah.

Bagaimana tidak perasaannya menjadi bercampur aduk?

Tetapi jika dipikirkan kembali, apakah Regi memang masih belum bisa rela melakukan hal ini semua secara ikhlas? Membantu seorang Klaussé yang tidak pernah Ia kenal, dan menebus dosanya dengan mempertaruhkan nyawa miliknya begitu saja tanpa adanya persetujuan darinya juga sesuatu yang Ia dapatkan?

Tentu saja Regi tidak rela.

Anggap saja Ia seseorang yang egois, tetapi dirinya juga ingin menuntut hak suaranya. Jika saja saat itu dirinya yang tertabrak begitu saja dan diberi dua pilihan, pertama mendapatkan kesempatan hidup kembali atau mati begitu saja, pilihan kedua akan menjadi pilihannya jika memang beban pilihan pertama seberat ini.

Regi hanya diam menunduk disertai helaan napas pelannya. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus Ia lakukan saat ini, Regi sudah muak dengan menanggung beban yang tidak pernah Ia lakukan. Menyerah atau tetap melanjutkan beban Klaussé pada dirinya, Ia benar-benar tidak tahu.

Kedua netra Regi menatap sebuah cahaya emas seperti tangan memeluk tubuhnya dari belakang, Ia merasakan kehangatan setelah itu. Seluruh beban yang Ia rasakan seakan menghilang, kini tergantikan dengan perasaan tenang dan damai. Regi tidak tahu apa yang terjadi, tetapi Ia merasa nyaman dan menginginkannya lebih lama.

Emperor Crown: The Cursed ChildWhere stories live. Discover now