Bagian 41 💕

733 33 13
                                    


"Selamat malam cantik, kok kamu yang buka pintu?" Sapa Rofi yang masih berperan sebagai R.

"Iyah, si Darti lagi ke mini market beli cemilan." Jawab Luna sambil berjalan menuju teras, melewati Rofi begitu saja.

"Loh kok kamu malah duduk disini, malam ini cuacanya lagi dingin banget loh,"

"Gak apa-apa, di rumah lagi gak ada siapa-siapa."

"Ayah dan bunda?"

"Tadi sore harus berangkat ke luar kota, ayah ada tugas mendadak yang gak bisa dibesokin."

"Kak Dimas?"

"Keluar sebentar, ada urusan."

Dan Rofi sudah tidak tahu mau bertanya apalagi, dia merasa suasana menjadi canggung dan aneh. Sedari Tadi Luna menanggapinya dengan ketus, bahkan dia belum dipersilahkan untuk duduk.

Ada apa ini? Rofi agak khawatir.

Rofi berdehem sekilas, sebelum mengambil keputusan untuk duduk di kursi sebelah Luna. Tidak, bahkan Rofi mengangkat kursi itu dan memindahkannya kehadapan Luna, dia harus melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin.

Rofi meraih tangan Luna, membuat Luna memfokuskan pandangannya ke wajah Rofi.

"Kamu kenapa?, marah sama aku? Atau lagi ada masalah?" Tanya Rofi selembut mungkin sambil terus memandang wajah Luna dan mengelus tangannya dengan lembut.

"Aku gak apa-apa, aku cuma capek." Jawab Luna lesu.

"Capek kenapa? Kamu habis ngapain?"

"Aku capek nahan rindu." dan jawaban Luna membuat Rofi sedikit menjadi deg deg an.

"Maksud kamu?"

"Gak, bukan apa-apa." Luna menarik kedua tangannya dari genggaman Rofi dan lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi.

"Emmm ini, aku bawa sesuatu buat kamu," Rofi memeriksa kantong hoodie-nya dan mengeluarkan sesuatu dari sana.

"Taraaaaaa...." ala ala seperti pesulap Rofi mengeluarkan sesuatu itu, berharap Luna akan penasaran dan bertanya apa yang dia mau tunjukkan. Tapi di luar ekspektasi, Luna malah tidak bereaksi apapun, hanya diam dan memandang benda itu dengan tatapan yang Rofi benar-benar tidak bisa mengartikannya.

"Kamu.... tidak bertanya apa ini?" tanya Rofi dengan perlahan.

"Tanpa perlu bertanya, aku tau kok benda apa itu," lagi-lagi jawaban ketus yang Rofi dapatkan.

"Hehehe iyah, kamu udah tau yah dari bentuk tempatnya kalau ini cincin." Ucap Rofi diiringi cengengesan khas orang kebingungan. Bila diibaratkan, Rofi merasa seperti sedang berhadapan dengan dosen pembimbing yang killer karna melakukan satu kesalahan pada skripsinya, rasanya sangat mencekam.

"Jauh lebih penting dari pada itu, apa gak ada hal lain yang mau kamu sampein ke aku?" Tanya Luna.

"Soal apa?" sungguh saat ini Rofi sangat sedang mencoba untuk tetap tenang.

"Soal kamu yang sebenarnya udah lelah berpura-pura," Hap jawaban Luna seolah melempar lem yang tepat menutup mulut Rofi, membuatnya hanya bisa diam.

Pun Luna yang ikut terdiam, dia menundukkan kepalanya lesu, dan tak lama terdengar suara isak tangis, dia sungguh lelah.

Dan itu membuat Rofi semakin bingung.

"Tolong, tolong lo udahin semua ini, gue capek, apa lo gak capek terus berpura-pura sebagai R?" Ucap Luna lirih sambil terus menangis, dia terlihat sangat rapuh.

Dan, sekarang Rofi mulai mengerti semuanya.

"Gue udah capek, dari kemarin gue tunggu kejujuran lo kak, dan semua orang. Tapi kalian gak ada yang mau jujur ke gue, kalian pikir gue sebodoh itu nggak bisa ngebedain antara lo dan R?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Mr R is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang