Bagian 19 💕

1.1K 53 5
                                    

Happy reading dearest 😍

Lima orang dalam lingkaran meja makan bundar itu masih asik bersenda gurau sambil memegangi perut mereka yang sudah merasa kenyang, walaupun masih ada satu orang yang masih dengan nikmat menyantap makan siangnya, makanan hasil karya bi Ijah, nenek Mia dan Luna.

Luna yang sebenarnya hanya membuat dapur seperti berada di ruangan siaran radio karena Luna yang banyak bicara dan bertanya tentang ini dan itu.

Tapi tentunya nenek Mia dan bi Ijah tidak merasa terganggu, justru merasa sangat bahagia, kehadiran Luna membwa kebahagiaan yang terasa berbeda.

“Makan siang kali ini mah teh rasana berbeda euyy, jadi kaya ada rasa manis-manisna kitu nya,” gurau mang Kisman dengan nada kesundaannya yang disambut dengan tawa nenek Mia dan bi Ijah “Sepertina karena ada campur tangan neng cantik iyeu mah.” Lanjut mang Kisman.

“Mang Kisman bisa aja, aku nggak ikut campur kok, cuma ikut meramaikan dapur.” Jawab Luna yang disambut juga oleh tawa nenek Mia, mang Kisman dan bi Ijah.

“Iyah lah kamu kan nggak bisa masak,” Ucap R dengan santai sambil mengambil air minumnya “Alhamdulillah kenyang.” Lanjut R setelah meletakkan kembali gelasnya tanpa sadar bahwa Luna sedang memandangnya sinis.

“Iiiih awas yah, kalau nanti aku udah bisa masak, aku nggak mau masakin kamu!” Ancam Luna.

“Kalau kamu nggak mau, aku akan paksa kamu,”

“Aku nggak akan mau juga.” Jawab Luna tak mau kalah.

“Aku akan paksa sampai kamu mau,”

“Dan aku akan tetap nggak mau.”

“Dan kamu akan dosa,”

“Hah, kok dosa?” Tanya Luna heran, apa hubungannya nggak mau masakin R sama dosa, memang siapa dia?

“Iyah dosa kalau nggak mau masakin suami, emang mau jadi istri durhaka?”

‘Deg’ Jawaban R membuat Luna bungkam dan menyembunyikan pipinya yang sudah merona.

R yang menyaksikan itu hanya tersenyum simpul, melihat betapa menggemaskan membuat gadisnya seperti itu, sedangkan nenek Mia, bi Ijah dan mang Kisman hanya geleng-geleng kepala menyaksikan perseteruan kecil itu.

“Oh yah, mulai sekarang kita manggilnya aku kamu aja yah, biar lebih enak, dan lagi pula nggak sopan kalau sama calon suami manggilnya lo gue.”

‘Blush’ Selalu saja R bicara tanpa melihat situasi dan kondisi, membuat pipi Luna merona dan menahan malu dihadapan nenek, mang Kisman dan bi Ijah yang sedang menatapnya penuh dengan senyum.

Tiba-tiba R berdiri, menarik tangan Luna yang spontan ikut berdiri

“Nenek aku pamit yah, mau keluar sebentar ada urusan, dan mau ambil sesuatu juga di apartemen,” Ucap R dengan nada penuh hormat dan terlihat sangat manis, nenek Mia hanya mengangguk sambil tersenyum tanda bahwa dia memberi izin, tapi “Hah apartemen?” Luna sedikit terkejut dan memandang R bingung

“Ayo.” R menarik tangan Luna yang masih hanya diam di tempat.

“Hah, kok ayo, aku ikut?” Tanya Luna bingung sambil menunjuk dirinya sendiri.

“Ayo kamu harus antar aku sampai depan, mulai sekarang harus membiasakan diri menjadi calon istri yang baik.”

‘Blush’ lagi-lagi jawaban R membuat Luna merasa ingin mencopot wajahnya dan menyembunyikannya di manapun, karena tidak kuasa menahan malu dihadapan nenek, bi ijah dan mang Kisman “R semakin tidak waras!” batin Luna yang kemudian mengikuti langkah R dengan wajah yang masih tersipu malu.

“Kamu itu apa-apan sih, jangan ngomong gitu dong di depan nenek dan yang lainnya.” Protes Luna sambil mencoba melepaskan tangannya dari genggaman R meski tak berhasil.

R menautkan keningnya “Emang aku ngomong apa?” tanyanya dengan wajah pura-pura polos.

“Ngomong kalau aku calon istri kamu.” Jawab Luna, kali ini dengan nada yang benar-benar polos, membuat R tidak tahan untuk menahan senyumnya.

“Berarti kalau di belakang nenek dan yang lainnya boleh dong?” Tanya R.

“Enggak boleh!, lagian, siapa juga yang mau ikah sama kamu?, aku baru semester satu tau!” Ucap Luna sambil melihat kearah lain.

“Tadi pagi bunda telepon,” Tiba-tiba saja R mengalihkan pembicaraan dengan ekpresi serius dan tatapan tajam “Apa dia marah dengan ucapan gue barusan?” batin Luna.

“Iii..iya, terus bunda bilang apa?” bahkan Luna tidak bisa menyembunyikan kegugupannya karena tatapan mata R yang semakin tajam dan genggaman tangannya yang semakin erat.

“Bunda telepon kamu tapi nggak aktif, bunda hawatir dan aku bilang kamu aman bersamaku, karena besok kamu ada kuliah pagi, malam ini aku antar kamu pulang dan besok pagi, bunda dan ayah baru tiba di bandara.”

Suara dengan nada dingin R entah kenapa membuatnya merinding, Luna ingat jika Hp-nya memang mati, dan dia lupa menyimpanya dimana.

Melihat gadisnya yang hanya diam, R melepaskan tangan Luna dan menarik pinggang Luna, hingga wajah Luna terbentur di dada bidangnya yang kokoh “Aww!” Luna sedikit meringis kesakitan dan terkejut, tapi dia selalu menikmati rasa yaman pelukan R, bau parfumnya yang khas dan dadanya yang kokoh terlalu nyaman dan sayang jika dihindari.

R meraih dagu Luna dan menengadahkan wajah Luna untuk menatapnya.

Sungguh tidak ada alasan untuk tidak mencintai gadis mungilnya ini, wajahnya yang cantik, apalagi jika dilihat sedekat ini, nama Luna sudah terlanjur tertanam di hatinya bahkan tumbuh menjadi benih cinta.

“Dan tadi kamu bilang apa?, nggak mau nikah sama aku?” pertanyaan R dengan seringai khasnya membuat tubuh Luna semakin menegang.

“Asal kamu tahu yah, sifat pemaksa aku ini udah akut, tidak ada obatnya, dan kamu nggak akan bisa menghindar, walaupun kamu sekarang bilang tidak mau, aku akan paksa kamu, dan akan ku pastikan bahwa kamu akan mau.”

Dan ‘Cup’ kecupan lembut bibir R mendarat di kening Luna, membuat Luna spontan memejamkan matanya, dan Luna langsung membuka matanya saat mendengar suara tawa R.

Luna memicingkan matanya, menangkap ada keanehan dengan R

“Muka kamu kenapa jadi tegang begitu sih sayang?, tapi kamu ini calon istri yang penurut yah, langsung diam saat suaminya pasang seringai serius.” Ucap R sambil terus tertawa.

“Iiiih!” dengan mudah Luna melepaskan pelukan R dan menendang kaki R meski tak berefek apapun untuk R, justru R semakin tertawa dan gemas dengan sikap Luna

“Diam kamu, iiihhh ngeselin!” Protes Luna sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

R diam, tapi tidak benar-benar diam, justru kembali membawa Luna kedalam dekapannya

“Menggemaskan.” Ucap R dan sedetik kemudian ‘Cup’ satu kecupan mendarat sempurna di bibir Luna, membuatnya terkejut, dan R langsung berlari

“Dasar kamu nyebelin!” teriak Luna dan R hanya memberikan kiss jauhnya sebelum melajukan motornya “Nyebelin.” batin Luna, tapi tidak bisa dia pungkiri jika dirinya bahagia bersama R.


Bersambung.......

Thanks for reading 😍

Vote 😎

Salam cutest_pnks 💕

My Mr R is YouWhere stories live. Discover now