Bagian 39 💕

575 29 2
                                    



Malam itu waktu telah menunjukkan pukul 00.30 tapi mata seorang Rofi belum juga bisa terpejam untuk tidur, bahkan dia tidak merasakan kantuk sama sekali.

Padahal badannya sangat terasa remuk akibat amukan Dimas.

Seharusnya malam ini dia beristirahat agar besok kondisinya bisa pulih kembali.

Tapi dia benar-benar tak bisa tidur, dia gelisah, terus jalan mondar-mandir dan sesekali memandangi Luna-kekasih adiknya yang saat ini masih terbaring lemah diatas brankar.

Dokter menginformasikan bahwa Luna sudah melewati masa kritisnya, dan diprediksi akan siuman malam ini, oleh sebab itu semua keluarga Luna meninggalkan Rofi sendirian untuk menjaga Luna, agar dia bisa memainkan perannya untuk menjadi R saat Luna bangun.

Bagaimana Rofi bisa tenang? Bagaimana dia bisa tak gelisah? Dia takut, tidak mudah memerankan sosok saudara kembarnya itu, apalagi R dan Luna memiliki ikatan batin yang sangat kuat, mungkin melebihi ikatan batin antara dia dan R. Rofi takut Luna akan menyadari peran yg dia lakoni!.

Haruskah dia membeli obat penenang di apotik? Atau meminta pada dokter ? Ohh tidak-tidak, seumur hidup, baru kali ini Rofi benar-benar ada di pucuk kebingungan.

Tuhan tolong hambamu ini, amin.

Pada akhirnya Rofi memutuskan untuk duduk, setelah lututnya terasa nyeri akibat terus mondar mandir tidak jelas.

Rofi menduduki kursi yang ada di samping brankar Luna, memandangi wajah pucat Luna dengan intens. Berharap dengan cara ini bisa membuat dia mendalami perannya nanti.

Hingga tanpa sadar dia tertidur, dengan sambil menggenggam tangan Luna dan menjadikannya sedikit sandaran tidurnya.

💓💓💓

Usapan tangan seseorang dirambutnya, membuat tidur Rofi terganggu, nyenyak sekali dia tertidur sampai sulit dibangunkan.

"Kak R,,, bangun." Kali ini bukan hanya usapan lembut dirambutnya, tapi Rofi juga mendengar samar-samar suara orang memanggil R.

"Kak... "

Membuka matanya perlahan, sambil mengumpulkan nyawanya, Rofi mencoba untuk bersahabat dengan situasi dan kondisi yang akan dia hadapi.

Padahal dalam tidurnya dia bermimpi bahwa semua masalah ini sudah selesai, tapi dia harus menerima bahwa semua itu hanya mimpi. Dia harus bisa menghadapi kebenarannya di dunia nyata.

"Hay," Rofi nyengir. Entahlah, kenapa hanya kata itu yg bisa dia ucapkan?

Tapi Luna membalasnya dengan diiringi senyum manisnya juga "Hai sayang, boleh peluk?" tanya Luna dengan suara lemahnya.

Bodoh!, seharusnya tanpa diminta Rofi langsung memeluk Luna, itu yg biasa dilakukan oleh R saat temu rindu. Ok, satu kesalahan sudah dilakukan.

Mencoba memulai lakonnya dengan benar, Rofi langsung memeluk Luna dengan lembut, sambil mengusap rambut Luna dengan lembut, mempersilahkan Luna untuk menyalurkan semua rasa rindunya.

"Kak, I miss you, udah berapa lama aku disini?"

"I miss you too dear," Jawab Rofi sambil melepaskan pelukan Luna dan mengusap pipi gadis cantik itu dengan lembut.

"Hemmm," Rofi melihat jam di tangannya, ternyata sudah pukul 6 pagi, lama juga ternyata dia tidur.

"Sekarang jam 6 pagi, berarti kamu sudah 5 hari disini, bersama aku dan cinta kita,"

Luna terkekeh pelan, apakah kejadian waktu itu membuat R menjadi alay? Ohh Luna baru ingat dengan kejadian menyeramkan itu!.

"Kamu apa kabar?, aku baru nyadar kalau wajah kamu lebam-lebam, pasti karena kejadian waktu itu kan? Sakit banget yah sayang? Udah minta obati dokter? Apa masih sakit banget?" Tanya Luna dengan panik.

Rofi langsung memegang tangan Luna yang sedari tadi menjajah wajahnya, sampai terasa agak nyeri. Ada yah orang yang baru siuman langsung seaktif ini?

Tapi dalam hati, dia semakin kagum dengan R dan Luna, mereka sangat saling menyayangi dengan tulus, terlihat dari keduanya yang rela berkorban satu sama lain. Rofi berjanji akan segera mempersatukan pasangan yang sangat serasi ini.

"Aku nggak apa-apa kok sayang, rasa sakit ini nggak sebanding dengan rasa rindu aku," jawaban Rofi spontan membuat Luna replek menampar pipinya pelan, karena terlalu gemas.

"Kok aku malah ditampar? Sakit tau." ucapnya sambil mendramatisir keadaan dengan mengusap-ngusap pipinya yang kena tamparan lembut Luna.

"Lagian nyebelin, aku panik kamu malah bercanda, aku ngambek!," Luna langsung memunggungi Rofi, dia merasa kesal.

Rofi berjalan memutari brankar Luna untuk melihat wajah Luna. Dengan sengaja dia memasang wajah seaneh mungkin agar Luna tertawa, dan benar saja Lunanya langsung luluh dan tertawa.

Tunggu-tunggu, Lunanya? Rofi tugasmu hanya sebagai peran pengganti, jangan sampai mendalami sampai kehati. -Batinnya mengingatkan-

"Tuh kan langsung ketawa, maafin aku yah sayang,"

"Serius mau aku maafin?" Rofi hanya mengganggukkan kepalanya sambil mengerjap-ngerjapkan matanya dengan lucu untuk menjawab pertanyaan Luna.

"Aku mau kamu bawa semua teman-teman aku kesini, Rara, Riri, Bayu, Aldo, dan kak Rofi juga yah, aku kangen sama mereka."

Permintaan Luna yang sebetulnya tidak sulit itu cukup membuat Rofi kelabakan dalam hati.

Bagaimana dia bisa membawa Rofi kesini, sedangkan itu dirinya sendiri, dia sudah berada dihadapan Luna saat ini.

Apa yang harus Rofi lakukan?

"Heiii kok malah diem!?"

"Ehh iyah sayang, siapppp.. Aku akan bawa semua teman-teman kita kesini malam ini."

Wajah Luna langsung berbinar, dia sangat senang sekali "Terimakasih sayangku, sini peluk," Ucap Luna membuat Rofi tersenyum malu dan lalu memeluk Luna lembut.

Pikir Rofi, membuat teman-temannya serta dirinya berada disini itu urusan belakangan, yang terpenting pagi ini dia sudah membuat Luna tersenyum, seperti yang sering dilakukan oleh R.

Bersambung.....

Edisi #dirumahaja.
Doaku semoga musibah yang menimpa negara kita cepat terselesaikan, kita hadapi semuanya bersama dengan #dirumahaja, jangan bepergian kalau urusannya ngga terlalu penting.

Staysafe
Stayhealty
Sehat-sehat selalu semuanya 💕

Salam cutest_pnks ❤.

My Mr R is YouWhere stories live. Discover now