Vino

187 10 0
                                    

Keesokan harinya, hari Minggu. Ketika berkumpul di kamar Aisha, Mitha dan Lina langsung menghujani Keysha dengan berbagai macam pertanyaan.

"Gimana cowok yang dijodohin sama lo? Cakep nggak?" tanya mereka.

Sejujurnya Keysha sama sekali nggak mau ngebahas soal ini. Apalagi dia harus menutupi kalau cowok itu adalah Gavino. Dan itu berarti dia harus membohongi ketiga temannya. Kalau suatu saat mereka tahu, mereka pasti marah padanya karena merasa dibohongi.

"Biasa aja kok." jawab Keysha. "Katanya kita mau latihan hari ini?" ujarnya mengalihkan pembicaraan.

"Biasanya kayak gimana? Kalo dibandingin sama kak Radit, cakepan siapa?" cecar Mitha tak mau begitu saja dialihkan.

"Cakepan mana, ya?" gumam Keysha. Dia lalu berpikir. Dari segi cakepnya sih beda-beda. Gavino cakep, Radit juga cakep. Tapi dia sama sekali nggak mau kasih petunjuk supaya temannya nggak tau kalau itu Gavino. "Cakepan  kak Radit, kayaknya."

Aisha menyela, "Kalau sama Gavino?"

Bibir Keysha terkatup. Nah, kali ini susah jawabnya.

Lina yang menjawab, "Cakepan Gavino, lah! Kalo nggak, kok Keysha sama sekali nggak antusias?"

"Duh, udah deh. Jangan ngomongin itu lagi yaa.. please.." keluh Keysha.

Mitha menyela, "Kalo begitu, lo bener-bener nggak antusias, Key. Pasti ada yang aneh sama cowok itu ya? Apa dia punya sifat buruk? Dia punya kekurangan ya? Atau dia punya masalah sama penampilan, kekekurusan? Kegendutan? atau jewaratan atau kependekan?"

Keysha tersenyum. "Nggak. Nggak sama sekali. Ngaco lo ah!"

"Tapi muka lo nggak bisa boong Key. Lo nggak antusias sama sekali. Ceritain dong, kenapa lo malah muram terus nggak semangat?" kata Aisha.

Keysha akhirnya menyerah. "Gue cuma nggak senang aja sama calon gue itu. Rada sombong dan agak sedikit aneh. Rasanya dia juga bukan termasuk tipe gue."

Lina menyela, "Kalo sifatnya udah nggak cocok sama lo, lebih baik perjodohan itu dibatalin aja, Key. Soal kecocokan sifat itu kan lebih penting dari pada penampilan fisik. Ya kan? Coba bayangin, setelah tiga puluh tahun menikah, kita bakalan jadi nenek-nenek, suami kita bakalan jadi kakek-kakek. Saat itu penampilan fisik udah jadi nggak penting lagi. Tinggal sifat jeleknya doang. Bener, nggak?"

Mitha mengangguk. "Bener juga sih. Kasihan banget sih lo Key harus menghadapi situasi kayak gini. Yang sabar ya, Key."

Aisha menepuk-nepuk bahu Keysha. Keysha menghembuskan napas panjang dan mengangguk pelan. Sebenarnya sejak dari kemarin pun dia sudah mencoba sabar.


*****

Saat telepon berdering, Keysha yang mengangkat. Ternyata dari tante Winda. "Halo, Keysha?"

"Eh, halo tante.. Apa kabar?" tanya Keysha malu-malu.

"Baik.. Begini, Key. Besok itu tante mau ajak kamu belanja di mal. Maksud tante sih sebenarnya mau beliin beberapa potong baju untuk Vino, tapi tante nggak tahu selera dia seperti apa. Jadi, tante mau ajak kamu.."

Keysha bengong. Hah? Mamanya aja nggak tahu, apalagi dia? Tapi akhirnya Keysha setuju belanja bareng, soalnya dia juga mau beli pakaian dalam dan kaus kaki untuk sekolah.

Keesokan harinya, tante Winda menjemput Keysha di sekolah dan mereka langsung menuju mal terdekat.

Sambil melihat orang berlalu-lalang, tante Winda yang agak bawel terus mengajak Keysha mengobrol. "Menurut kamu, Vino gimana, Key?"

Little White Lies (Complete)Where stories live. Discover now