Tentang Perjodohan

199 9 0
                                    

Keysha memandang dirinya di depan cermin. Rambutnya yang hitam, panjang dan sedikit bergelombang baru saja dikeramas dan titik-titik air membasahi kausnya. Dia baru saja selesai mandi sore. Sebagai cewek berusia tujuh belas tahun, dia merasa hidupnya amat sangat berjalan dengan baik kecuali sedikit masalah yang mengganggunya akhir-akhir ini, yaitu masalah perjodohan yang membuatnya pusing dan menimbulkan mimpi buruk di waktu malam.

Kemarin saja dia mimpi menikah dengan pria bertopeng. Tapi begitu topengnya dibuka, ternyata pria itu tidak punya wajah. Kemarinnya lagi dia mimpi menikah dengan cowok ganteng yang mirip dengan Reza Rahardian, tapi begitu kapal pesiar tempat mereka menikah berada di tengah laut, kapal itu tenggelam dan penumpangnya mati semua. Coba! Mimpi macam apa kayak gitu? Ini pasti gara-gara otaknya terlalu penuh dengan masalah perjodohan, jadi isi mimpinya aneh semua.

Keysha sebenarnya cukup bahagia. Dia punya orangtua yang sangat menyayanginya. Papanya memang sibuk di kantor tapi sebelum makan malam dia pasti sudah pulang. Mamanya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik dan telaten mengurus segala keperluan keluarga sampai-sampai keluarga mereka tidak pakai pembantu di rumah. Satu-satunya yang disayangkan adalah Keysha anak tunggal. Tapi melihat kasih sayang orangtuanya yang dilimpahkan hanya padanya membuatnya berpikir bahwa kesepian akan saudara bisa digantikan oleh teman-temannya yang baik-baik.

Ketiga sahabatnya, Mitha, Aisha dan Lina adalah teman baiknya sejak SD. Mereka berempat tinggal di kawasan Kelapa Gading dan sejak kecil mereka bersekolah di sekolah yang sama di dekat daerah itu juga.

Mereka berempat sama-sama kelas 2 SMA. Semuanya masuk IPA tapi kelasnya beda-beda. Hanya Aisha dan Mitha yang sekelas di kelas 2 IPA 2. Keysha 2 IPA 1 dan Lina kelas 2 IPA 3. Mereka seringkali belajar bersama dan kebetulan sama-sama suka menyanyi. Sejak kelas satu SMA mereka membentuk vokal grup yang sering mengiri acara sekolah. Guru-guru juga sudah tahu semua.

Keysha memandang wajahnya yang mungil. Banyak orang yang bilang dia cantik, tapi dia malah tidak terlalu pede dengan penampilannya. Terkadang dia malah mengkhawatirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu di khawatirkan. Dia menyesalkan poninya yang dipotong rata seperti anak SMP. Terus, ada satu jerawat besar di pipinya yang terasa amat mengganggu. Mana bisa cowok seperti Gavino meliriknya?

Tapi kemudian dia tersadar, kok tiba-tiba dia teringat cowok itu ya? Keysha buru-buru menyisir rambut sekadarnya dan membubuhkan tipis bedak bayi warna putih di wajahnya. Jangan-jangan gue udah terkena pesona Gavino yang katanya banyak dialami sama cewek-cewek di sekolah. Terpesona sama cowok model Gavino? Cowok sombong itu? Duh, jangan deh! Amit-amit!

Keysha buru-buru turun ke ruang makan untuk makan malam. Otaknya penuh dengan berbagai hal. Seandainya saja... Bruk! Di dua anak tangga terakhir dia jatuh sebelum kakinya menjejak ke tanah.

"Aaauuw!!" teriaknya.

Mama yang sedang menata meja makan buru-buru menghampirinya. "Aduh, Key! Kok kamu nggak hati-hati sih?" omelnya.

Ih, mama.. Bukannya tolongin anaknya, kasihan kek. Malah ngomel. Keysha mengusap-usap pergelangan kakinya yang memar agak membengkak karena membentur lantai pinggiran tangga. dia berusaha bangkit, tapi tidak bisa. Pergelangan kakinya terasa sakit sekali.

"Duh, sakit banget ma.."

"Waduh, kayaknya kamu terkilir deh. Makanya kamu hati-hati dong, Key. Mana papa belum pulang lagi." kata mamanya sambil memapah putrinya duduk di sofa ruang tamu.

"Gimana nih? Kamu bener-bener nggak bisa jalan? Kita tunggu papa aja, ya?" ujar mama.

Keysha mengangguk. Sakit di pergelangan kakinya tidak mereda. Tapi... malam ini kan dia harus latihan.

Little White Lies (Complete)Where stories live. Discover now