25. Jam Dinding

41 6 0
                                    

"Apa maksudmu Soleh?" tanya Pak Rahmat tak mengerti.

"Bongkar saja Rahmat. Sejak dari lab kemarin aku merasa resah, aku pulang pun seperti ada yang mengikutiku." ucap Pak Soleh.

"Apa aku harus mempercayai bulatan kertas itu. Bisa saja itu kamu sendiri yang buat" kata Pak Rahmat.

"Jam dinding itu terus jatuh. Bahkan Pak Yudi bilang begitu kepadaku. Kamu tanyakan saja padanya" jelas Pak Soleh.

"Tidak mudah membongkar tembok di lantai atas" kata Pak Rahmat.

"Aku tau Rahmat, aku tau. Tapi tolong. Aku sudah mengesampingkan ego ku untuk menemuimu. Tolong bongkar" pinta Pak Soleh.

"Tidak" tolak Pak Rahmat.

"Baiklah. Terserah, aku sudah memberitahukannya padamu. Kedepannya, jika terjadi sesuatu, maka jangan salahkan aku" ucap Pak Soleh marah lalu pergi dari ruangan kepsek.

Pak Rahmat menghela nafas. Dia masih memikirkan bulatan kertas tadi.
Apa selain muridnya, Soleh juga diteror oleh Anonymous itu?

"Halo Jeff, nanti pulang sekolah, kumpul di ruangan saya" pintanya pada Jeff.

Dia semakin tua, namun semakin dibebani oleh masalah.
Belum lama Putra meninggalkannya. Namun ia seakan tak diberi kesempatan untuk bersedih.

Murid-murid nya juga menyusul kepergian anaknya. Sebenarnya ada apa? Apa salahnya? Apa salah sekolah ini?

"Pak Yudi, bisa ke ruangan saya sekarang"

"Baik, saya tunggu" ucapnya saat menelfon ruang lab komputer yang memang selalu di jaga oleh Pak Yudi.

"Hah Hah" desah nafas seseorang terdengar di depan pintu ruangannya.

Rupanya Pak Yudi yang datang tergesa-gesa.

"Ada apa ya Pak?" tanya Pak Yudi sopan.

"Silahkan duduk Pak" ajak Pak Rahmat.

Pak Yudi menurut, memasuki ruang kepsek yang jarang sekali ia datangi.
Ia duduk tepat di hadapan Pak Rahmat.

Pak Rahmat mengambilkan segelas air putih lalu menyodorkan ke Pak Yudi.

"Ah Pak, tidak usah" tolak Pak Yudi.

"Loh kenapa? Anda pasti lelah kan buru-buru dari lantai atas ke bawah." kata Pak Rahmat.

"Silahkan diminum dulu, sebenarnya saya tidak meminta anda datang tergesa-gesa." lanjut Pak Rahmat.

Pak Yudi menurut dan meminum air tadi hingga tersisa setengah.

"Ada apa ya Pak saya dipanggil kemari?" tanya Pak Yudi.

Pak Rahmat menghela nafas dan menimbang-nimbang sejenak. Semoga yang dilakukannya benar.

"Saya ingin bertanya beberapa hal" ucap Pak Rahmat memulai obrolan.

"Silahkan Pak" kata Pak Yudi.

"Apa jam dinding di lab sering jatuh?" tanya Pak Rahmat.

Pak Yudi sedikit terkejut. Dari mana Pak Rahmat tau pikirnya, bahkan kepsek ini tidak pernah mengunjungi lab komputer.

Ah, atau mungkin dia melihatnya di cctv.

"Oh jam itu, iya Pak benar" jawab Pak Yudi.

"Kamu bisa beritau saya berapa kali jam itu jatuh setiap harinnya?" tanya Pak Rahmat.

"Sering sekali Pak. Sampai saya tidak sempat menghitung. Saat saya tinggal selalu jatuh, saat saya berbalik arah pun jatuh" jelas Pak Yudi.

"Jadi benar ucapan Soleh tadi" batin Pak Rahmat.

"Kamu tidak coba pindahkan atau lepas saja?" tanya Pak Rahmat.

"Sudah sering saya pindahkan Pak. Tapi entah kenapa selalu kembali ke tembok ini ketika saya pergi. Kalau saya lepas jam itu , maka jam itu akan mati seperti kehabisan baterai"

"Anehnya saat saya pasang lagi, jam itu akan kembali berjalan normal" ucap Pak Yudi.

Pak Rahmat tercengang. Semua yang diceritakan Soleh bukan sekedar bualan.
Apa sekolah miliknya berhantu? Ah tidak mungkin. Mana ada hantu di zaman sekarang ini.

"Kalau boleh tau, kenapa Bapak nenanyakan hal ini?" tanya Pak Yudi.

"Oh tidak apa-apa. Saran saya, jam nya diganti yang baru saja. Beli jam yang bisa diletakkan di meja. Bukan jam gantung" kata Pak Rahmat.

"Baik Pak, saya akan ajukan kepada pengurus sarana dan prasarana" kata Pak Yudi.

"Terimakasih sudah datang Pak Yudi." kata Pak Rahmat.

"Iya Pak. Saya kembali ke lab dulu. Permisi" pamit Pak Yudi.

"Iya silahkan" ucap Pak Rahmat mempersilahkan.

Dengan jawaban Pak Yudi tadi, ia sedikit percaya pada cerita Soleh.
Namun, bagian membongkar tembok? Apa itu harus ia percaya juga?

Ia tak mungkin menanyakan hal tadi kepada Pak Yudi. Bisa saja Soleh merahasiakan dari Pak Yudi kan.

Entah datang dari mana, terbesit dalam fikirannya ia harus melihat rekaman cctv.
Kenapa baru terfikir sekarang?

"Halo, Bayu saya minta salinan seluruh rekaman cctv mulai dari kematian Putra sampai detik sekarang. Apa kamu bisa?" tanya Pak Rahmat di telefon kepada Bayu, penjaga ruang cctv.

"Bisa Pak. 10 menit sudah akan terkirim ke komputer Bapak" jawab Bayu mantap.

"Terimakasih, saya tunggu" kata Pak Rahmat.

"Sebentar lagi bel pulang, apa aku harus melihat rekaman itu bersama muridku? " batin Pak Rahmat ingin mengajak Jeff dan yang lainnya.




Anonymous Letter ✔ endWhere stories live. Discover now