22. Tembok

41 6 0
                                    

Kemarin, Semesta memilih menginap lagi di rumah Jeff. Dia memberitau supirnya untuk mengantar keperluan sekolahnya ke rumah Jeff.

Jeff tidak bisa mengusir Semesta, tidak enak hati tentunya. Lagi pula biar saja, dia jadi punya teman di rumah.

Pagi ini mereka berangkat sekolah bersama. Namun hanya beriringan, mereka masih mengendarai mobil masing-masing.

"Akhir-akhir ini gue sering liat Semesta bareng geng Rich deh"

"Iya ya, apa mereka udah damai?"

"Damai? Mana mungkin. Siapapun tau kall mereka musuh bebuyutan"

"Terus kenapa Semesta berangkat bareng Jeff sekarang?"

Begitu ucapan siswa-siswi yang mereka lewati sepanjang koridor. Keduanya memang berjalan beriringan lagi.
Toh kelas mereka kan sama.

"Bareng dia lagi lo. Makin akrab" sindir Aksen saat keduanya sampai di kelas.

Semesta menyeringai.

"Oh, dia nginep lagi semalem" kata Jeff enteng.

"Lo semakin membuka diri kayanya" kata Aksen.

"Lo kenapa sih sen!" kata Jeff marah.

"Kenapa? Pikir aja sendiri" ucap Aksen lalu beralih memainkan hpnya.

"Dia takut Semesta gabung kali" kata William.

Jeff menghela nafas. Tidak bisa dipungkiri memang, jika dua malam ini dia mulai terbiasa dengan Semesta.

Benar kata William. Orangnya tidak seburuk yang mereka kira selama ini.
Rich dan Semesta bermusuhan juga karena masalah antara Aksen dan Semesta.

Masalah yang tidak ada yang tau sama sekali. Sekalipun Putra, orang terdekat Aksen pun tidak tau.

"Selamat pagi" sapa Pak Soleh saat memasuki kelas.

"Pagi Pak" balas kami.

"Tugas kemarin sudah saya terima. Tinggal Email Aksen yang belum saya terima" kata Pak Soleh.

"Kamu belum send ke saya?" tanya Pak Soleh.

"Sudah Pak." jawab Aksen.

"Yang benar kamu?" tanya Pak Soleh lagi.

"Benar Pak, ini masih ada Email nya" kata Aksen sambil mengecek hpnya.

"Mungkin laptop saya eror. Begini saja, saya ke lab komputer dulu untuk cek kesana. Kalian kerjakan LKS halaman 78-80. Nanti koreksi bersama" kata Pak Soleh.

"Baik Pak" jawab kami serentak.

Pak Soleh membawa laptopnya berjalan menaiki tangga menuju lab komputer.
Tugas itu sangat penting, nilai salah satu muridnya pun penting baginya.

Ceklek

"Pak Soleh?" sapa petugas lab.

"Pak Yudi, saya perlu komputer, laptop saya kelihatannya eror" kata Pak Soleh.

"Silahkan Pak. Boleh saya cek laptop Bapak?" tawar Pak Yudi.

"Boleh, nanti setelah jam saya selesai saya kesini lagi" kata Pak Soleh menyetujui.

"Baik Pak, saya permisi ke toilet sebentar ya Pak. Saya titip lab dulu" kata Pak Yudi lalu pergi.

Hanya ada Pak Soleh sendirian disini.

Ia mulai fokus mencari-cari Email Aksen.

Pranggg

Jam dinding lab jatuh tiba-tiba.

"Huh, buat kaget saja" kata Pak Soleh sembari menggantungkan kembali jam tadi ke dinding.

Beruntung jam tadi tidak pecah.

Prangg

"Kenapa jatuh lagi?" tanya Pak Soleh heran, lalu menggantungnya lagi.

Belum sempat ia berbalik, jam tadi sudah jatuh lagi.

Ia meraba tembok. Tidak ada yang salah. Pakunya juga masih kuat menahan jam itu.

Plukkk

"Siapa yang lempar?" tanya Pak Soleh saat sebuah bola kertas menimpuk kepala belakangnya.

Dia mengambil bola kertas tadi dan membukanya. Ada tulisan rupanya.

Bongkar temboknya! Kamu akan tau

"Bongkar tembok? Gila" kata Pak Soleh.

Siapa yang iseng seperti ini. Tidak mungkin dia membongkar tembok yang notabennya ada di lantai paling atas. Akan berbahaya untuk ruangan di bawahnya.

Lagipula ada apa dengan temboknya. Hanya jam jatuh saja dia sudah disuruh membongkar tembok.

"Aneh sekali" kata Pak Soleh.

"Sudah selesai Pak?" tanya Pak Yudi yang tiba-tiba datang.

"Eh, belum Pak" jawab Pak Soleh sedikit kaget.

"Loh, kenapa bapak berdiri di situ?" tanya Pak Yudi.

"Tadi jam ini jatuh" kata Pak Soleh sembari memasukkan bola kertas tadi ke dalam sakunya.

"Oh jam itu memang sering jatuh Pak" kata Pak Yudi.

"Kenapa tidak dipindah ke tembok lain saja Pak?" tanya Pak Soleh.

"Sudah sering saya pindah. Tapi entah kenapa selalu kembali ke tembok ini ketika saya pergi" kata Pak Yudi.

"Tidak masuk akal sekali" batin Pak Soleh.

Sebaiknya ia kembali duduk dan melanjutkan mencari Email Aksen.

"Ah akhirnya ketemu" ucapnya senang. Ia memindahkannya ke laptop. Shut down lalu berpamitan kembali ke kelas.


Anonymous Letter ✔ endWhere stories live. Discover now