10. Kerja Sama

53 8 0
                                    

"Warnanya sedikit pudar karena semalem gerimis. " ucap Semesta.

Dia dan Zaron sudah berhasil  menuju rooftop diam-diam.

Zaron yang sedang menunduk menatap tulisan pudar itu tercenung. Benar kata Semesta, ini tulisan Putra! Dia tak menyia-nyiakan tulisan ini, dia memotretnya dan menyimpan dalam folder khusus.

"Lo sekarang percaya?" tanya Semesta bersidekap dada.

"Percaya ngga percaya memang mirip banget." Ucap Zaron.

"Sabar dong, berat nih"

"Iya-iya gue ngerti"

Semesta segera menarik tangan Zaron untuk bersembunyi. Ia menutup mulut Zaron dengan telapak tangannya.

Ia dan Zaron terkejut saat mengetahui siapa yang datang.

"Kak Gibran!?" batin keduanya melotot seolat bertelepati.

Kak Gibran berdiri di depan tulisan itu sembari menelfon dengan seseorang. Namun setelahnya ia mematikan sambungan dan berjongkok di depan tulisan tadi.

"Ngapain dia hapus tulisan itu?" tanya Semesta lirih namun terdengar di telinga Zaron, karena posisinya Semesta memeluk Zaron dari belakang.

Terlihat Gibran sedang susah payah mencoba menghilangkan noda itu menggunkan air dan alat pembersih lantai.

"Pinjem hape lo" bisik Semesta.

Zaron menyerahkannya pada Semesta.

Cekrek

Sialan! Mode volume camera on.

"Siapa disana?" tanya Gibran mencari-cari.

Semesta semakin mendekap Zaron erat.

"Sttt diem" bisiknya.

Zaron merinding, parfum dan aroma mulut Semesta sangat tercium di hidungnya. Tangan yang mendekap mulutnya pun wangi sekali.
Baru kali ini dia dipeluk laki-laki seerat ini selain Papa. Dalam situasi genting pula.

Gibran terlihat semakin buru-buru.

"Sialan, tenyata di rooftop ada setan" ucap Gibran pergi setelah selesai membersihkannya.

Semesta dan Zaron lega. Canggung kini menerpa keduanya.

"Kenapa dia hapus tulisannya?" tanya Zaron.

"Gue ngga tau. Yang penting kita udah pegang bukti. Bentar lagi bel, ayo turun" ucap Semesta.

Zaron dan Semesta turun dengan tenang. Sampai satu bogeman mendarat tiba-tiba di rahang Semesta. Dia tersungkur saat keduanya sampai di lantai bawah.

Rupanya Aksen yang memukul Semesta. Lagi.
Aksen menarik lengan Zaron keras sampai ia mengeluh kesakitan.

"Lo ngapain sama keparat ini hah?!" tanya Aksen membara menatap tajam Zaron.

Dari kejauhan, Jeff, Wiliam, Neska dan Franda menghampiri mereka dengan berlari.

Zaron menunduk takut. Ia takut sekali dengan Aksen. Semesta mencoba berdiri dan menahan sakit di wajahnya. Lebam kemarin saja belum sembuh, Aksen sudah menambahnya lagi! Ck, sial.

"Jawab gue Zaron! Lo ngapain sama dia diatas" bentak Aksen.

Plakkk

Neska menonjok kuat pipi Aksen.

"Dia ketakutan bego!" amuk Neska.

"Gue bisa jelasin, asal kalian mau janji" ucap Semesta tiba-tiba.

Semuanya memandang Semesta.

"Ta, lo yakin?" tanya Zaron tak percaya.

"Ngga papa Za. Mereka khawatir sama lo. Biar mereka tau aja sekalian. " Ucap Semesta.

"Kalian main di belakang Kintan?" tanya Wiliam.

"Engga!" jawab Semesta dan Zaron bersamaan.

"Sebaiknya jangan disini" ucap Semesta.

"Gue sediain ruang osis. Kita kesana" ucap Jeff.

Semuanya mengikuti, tak sadar mereka semua membolos mata pelajaran, termasuk Jeff si Ketua osis.

Ceklek

Ruang kekuasaan Jeff terbuka. Mereka semua masuk seperti maling setelah Wiliam dan Jeff berhasil mengamankan situasi.

"Duduk di ruang rapat" perintah Jeff.

Mereka semua duduk di meja rapat. Aksen masih menatap Semesta tajam.

"Sen udah ah mata lo kaya laser" canda Wiliam.

"Wil, diem" desis Franda.

"So? Kenapa?" tanya Jeff.

"Gue sama Zaron punya misi" ucap Semesta mulai becerita.

Semuanya tercengang, terkecuali Zaron yang sudah tau keadaanya dari awal.
Aksen yang awalnya menatap Semesta tajam kini mulai meredupkan matanya.

"Lo berdua ngga lagi di teror kan?" tanya Jeff setelah Semesta selesai bercerita.

"Mungkin belum" jawab Semesta.

"Kenapa Semesta dapet?" tanya Franda.

"Gue ngga tau, gue dapet aja di loker" jawab Semesta.

"Lo ngga lagi main-main sama kita kan?" tanya Aksen yang masih tidak percaya.

"Astaga lo masih curiga ke gue hah!? Lo ngga tau gue setakut apa waktu ngalamin ini." bentak Semesta.

"Iya, jelas gue curiga." jawab Aksen tak kalah tajam.

"Kalian berdua bisa ngga sih ngga ribut dulu kali ini. Masalah ini bukan cuma karena Semesta , Zaron juga" ucap Neska.

"Neska bener. Keputusan gue, kita semua bantu mereka" ucap Jeff.

"Gak" tolak Aksen.

"Sen" tegur Jeff.

"Gue mau bantu Zaron tapi ngga bantu tengik ini" desis Aksen.

"Cih," Semesta berdecih.

Brakkk

"Kekanakan lo!" teriak Neska menunjuk wajah Aksen.

"Maksud lo apa!?" teriak Aksen balik.

Semesta menyeringai, Franda tak sengaja melihatnya.

"Ko senyumnya gitu sih, mencurigakan" batin Franda.

"Kita semua bantu. Ga ada penolakan" ucap Jeff singkat.

"Oke" ucap semuanya, kecuali Aksen yang belum terdengar suaranya.

"Gimana Sen? Lo ngga seegois ini kan. Ini juga tentang temen kita" kata Wiliam.

"Oke terpaksa gue. " jawab Aksen.

Semuanya lega, termasuk Zaron dan Semesta. Setidaknya mereka bukan cuma berdua saja.

"Nanti pulang sekolah, kita semua kumpul disini" ucap Jeff lalu meminta semuanya kembali ke kelas masing-masing.

Anonymous Letter ✔ endWhere stories live. Discover now