7. Semesta Mandaja Hans

63 10 0
                                    

"Baru pulang non?" tanya Bi Nana

"Eh Bibi, iya" jawab Zaron seadanya.

"Mau makan dulu non?" tanya Bi Nana.

"Ngga usah Bi, Zaron mau mandi langsung tidur aja" jawab Zaron.

"Oh baik non. Saya pamit ke dapur" ucap Bi Nana.

Zaron mengangguk letih.
Berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Satu bulir dua bulir air matanya lagi-lagi menetes. Cengeng? Biar saja!

Ceklek

Ia memasuki kamarnya yang berdinding ice blue itu. Merebahkan tubuh sejenak menatap langit-langit.

"Kemarin lo Put, sekarang Citra. Sebenernya apa salah kalian sampe jadi kaya gini" ucap Zaron bergumam.

Ia mencoba mencari-cari earphone di tas sekolahnya. Ia menemukan sepucuk amplop yang kemarin ada di lokernya.

"Surat ini belum gue buang ternyata" ucapnya mulai bermonolog.

"Gue bingung, jaman siapa sih yang masih iseng main giniian. Kenapa ngga dm gue aja sih"

"Anonymous itu siapa ya , huft gue simpen aja deh. Siapa tau surat penting." ucapnya lalu meletakannya dalam box mini di laci nakas.

Setelahnya ia menuju toilet untuk membersihkan badannya.

____________________________________

Peristiwa meninggalnya Putra dan Citra seolah sudah tak ramai lagi. Beberapa murid dan orang yang mengenal mereka mulai menerima kepergian mereka.

Kehidupan sekolah sudah mulai berjalan normal.

"Kemaren gue liat lo sama Lita di time zone, ngapain lo berduaan!" teriak Aznan sangat nyaring.

"Hahaha bangke, gini nih kalo punya sohib intelejen"

"Gue ngga ngapa-ngapain disana sumpah. Kemaren itu emak gue" jawab Dito.

"Emak lo? Mana ada emak-emak pake hot pants" ledek Aznan.

Kantin ramai sekali dengan candaan Aznan dkk. Di tambah lagi teriakan pembeli yang tak sabar menunggu makanannya.

Sementara Aksen lagi-lagi hanya bengong mengaduk-aduk juice nya. Sedangkan Jeff dan Wiliam di depannya hanya saling sikut.

Benar beberapa orang sudah ikhlas. Namun Aksen belum bisa.

"Sen" panggil Jeff.

"Hm" dehem Aksen.

"Udahlah biarin aja" bisik Wiliam pada Jeff yang pasti akan mengusik hati Aksen.

"Tapi ini udah sepuluh hari Wil. Kita semua harus ikhlas, Aksen juga ngga boleh sedih terus " bisik Jeff balik.

"Namanya juga alay." ucap Semesta tiba-tiba.

Dengan angkuhnya dia berdiri di samping meja Jeff sambik mengunyah permen karetnya.

"Jangan-jangan lo selama ini diem-diem punya hubungan sama Putra! Wah ngga kepikiran gue. Pantesan cengeng gini" cibirnya.

Brakkk

"Sialan kaget" teriak Aznan.

Seisi kantin menatap Aksen ngeri. Mata tajamnya seperti elang yang siap memangsa buronanya. Semesta tak takut, dia menyeringai puas, berhasil mengibarkan bendera perang di siang bolong.

"Lo kenapa sih bacot banget" ucap Aksen.

"Gue bacot? Terus lo kenapa cengeng banget?" tanya Semesta.

Anonymous Letter ✔ endМесто, где живут истории. Откройте их для себя