24. Kematian

35 6 0
                                    

"Dia mulai berontak" kata orang itu.

"Kenapa?" tanya Gibran.

"Seharusnya gue yang tanya ke lo" kata orang itu.

"Sorry, gue terlalu mabuk" kata Gibran.

"Gue ngga mau gagal lagi" kata orang itu.

"Lo mau apa lagi?" tanya Gibran berusaha sabar.

"Lo harus lakuin lagi" kata orang itu.

"Lama-lama gue cape" keluh Gibran.

"Ini yang lo bilang sayang?" tanya orang itu.

Gibran menghembuskan nafas lelah.

"Apa lagi kali ini?" tanya Gibran.

Untuk kesekian kalinya, dia kalah dan menuruti kemauan orang dihadapannya ini.

____________________________________

Ting

Sebuah notifikasi terpampang di handphone Zaron.

-----------------------------------------------------------
+628153418326

Apa kabar?

Bagaimana, kamu sudah mencegah kematian itu? Sepertinya kamu dan rekanmu tidak menuruti apa yang aku pinta.

Padahal, sebentar lagi misiku tercapai.
Keinginanku tercapai. Setelah itu, kamu akan menyesal karena hanya diam.

Fikirkan kembali.

Anonymous

-----------------------------------------------------------

Brakk

Zaron meletakkan handphone nya dengan kasar.
Ia kalut dan ketakutan.

"Kenapa dia seakan nyalahin gue dan penerima surat lainnya? " tanya Zaron dalam hati.

Ia segera menghubungi Semesta. Menanyakan apa Semesta juga mendapat SMS yang sama.

Dan ternyata memang benar.

Dia menceritakannya di grup Rich. Neska yang notabennya teman sekelasnya memilih untuk menenangkan Zaron.

Sementara di kelas lain...

"Gue ngga tahan lagi" desis Aksen saat membaca screen capture yang Zaron kirimkan di grup.

"Ta" panggil Aksen.

Semesta menoleh.

"Pinjem hape lo" pinta Aksen.

Semesta menyerahkannya. William, Jeff dan Semesta melihat apa yang akan Aksen lakukan.

"Lo mau ngapain?" tanya Semesta.

"Gue telfon nomor ini" ujar Aksen.

William melotot. Berani sekali Aksen.

"Halo" ucap Aksen saat tersambung.

"Halo" sapa Aksen lagi.

"Siapapun lo, jawab gue!" ucap Aksen.

"Apa mau lo?" tanya Aksen.

Namun lagi-lagi tak mendapat jawaban.

"Halo" ucap Aksen.

"Lo bisu! Jawab gue!" bentak Aksen.

"Drttt drt" sepertinya akan ada suara.

Aksen memilih loudspeaker saja karena sangat mengganggu telinganya.

"Ngga ada sinyal mungkin" kata William pelan.

"Drtt drttt"

"Kematian" kata orang seberang.

Tut tut tut

"Hah? Kalian denger ngga?" tanya Semesta.

"Dia bilang Kematian" kata Aksen.

"Sialan. Apalagi sih ini" ucap Aksen gusar.

"Mana suaranya ngga jelas. Dia jantan apa betina ya?" tanya William.

"Apa maksudnya kematian?" tanya Jeff.

"Gue juga ngga ngerti" kata Aksen.

"Ini nomer Gibran bukan?" tanya Jeff.

"Bukan" jawab Semesta.



Anonymous Letter ✔ endWhere stories live. Discover now