2. Tetap 8Rich atau 7Rich?

97 13 0
                                    

Tetap 8Rich atau 7Rich?

"Woi Sen, kantin yok" ajak Jeff.

"Gue udah makan" jawab Aksen.

"Sejak kapan lo sarapan pagi?" tanya Wiliam.

"Sejak hari ini" jawab Aksen.

"Yaudah kita berdua ke kantin dulu" ucap Jeff lalu melangkah pergi keluar kelas.

"Lo ngga mau nitip?" tanya Wiliam.

"No" jawab Aksen singkat.

"Jef, tungguin gue" teriak Wiliam mengejar Jeff.

Aksen membuka dompet kulit dalam sakunya. Dia tersenyum dan mengelus pelan foto itu. Fotonya dan Putra.

"Lebih sakit dari putus, Put" ucap Aksen lirih lalu memasukkan dompetnya kembali dalam saku.

Kali ini ia lebih memilih membuka ponselnya. Ponsel sialan yang berdering malam-malam karena telfon dari Jeff saat memberitahu kabar kematian Putra.

Ada banyak notif sampah.
Kecuali  notif dari 8Rich.
 

Whatsapp
8Rich 👑

Zaronsidney
Be strong guys.

Neskaruna
Yoiiii

Citraval
Semua bakal baik-baik aja. Putra udah tenang disana. Gue ngga minta kalian buat ngelupain Putra, jangan sampe deh. Tapi kita harus tetep ngelanjutin kehidupan kita seperti biasanya.

Frandaja
😧😳

"Citra bener" batin Aksen.

"Woi bro, gimana pesta nya kemarin. Temen lo dapet tanah makam VIP kan?" ledek Semesta.

"Jaga omongan lo"desis Aksen.

"Hahaha, Jaga omongan. Buat apa? Btw gue happy banget loh. Kalian berkurang dong, jadi 7Rich?" ucap Semesta.

"Tutup mulut lo" ancam Aksen mati-matian menahan marah.

"Ups, tutup mulut, gue udah sikat gigi ko tadi pagi. Kenapa? Lo ngga suka gue omongin Liluput itu?" ledek Semesta.

Bugh Bugh Bugh

"Gue udah peringatin lo" ucap Aksen mencengkeram kerah seragam Semesta.

"Kapten Basket beralih jabatan kaya Neska nih. Kurang keras pukulan lo banci" balas Semesta memukul wajah Aksen dengan beberapa pukulan.

"Sen, Aksen! Yaelah gue tinggal ngantin sebentar malah gelut lo pada. Gue wasitnya ya" ucap Wiliam.

"Wil, ini bukan stand up comedy" teriak Jeff.

Brakkk

Jeff menggebrak meja dengan keras. Otomatis semua siswa di kelas termasuk Aksen dan Semesta berbalik badan menatapnya.

"Ikut gue ke ruang osis" ucap Jeff.

Wiliam membantu Aksen berdiri. Namun Aksen menepisnya.

"Butuh uks bukan ruang osis" ucap Aksen lalu melangkah pergi.

Semesta tersenyum miring dan mengelap sudut bibirnya yang berdarah.

"Satu berkurang" gumamnya pelan.

Sementara Jeff dan Wiliam berusaha mempercepat langkah mereka untuk mengejar Aksen.

"Sen" panggil mereka berulang kali.

Aksen berbalik badan namun menatap mereka tajam.

"Diem disini" ucapnya lalu melangkah lagi.

"Serem bener" ucap Wiliam.

"Mirip zombie tsunami" ucap Jeff.

"Udahlah biarin, bentar lagi bel ayo masuk kelas" ajak Wiliam.

"Kalo guru nanya dia kemana, kita jawab apa ya?" tanya Jeff.

"Lagi pup bentar, makan rujak 4 piring tadi bu" jawab Wiliam.

"Bagus juga ide lo" ucap Jeff menyetujui.

Mereka kembali ke kelas dan menatap heran pada Semesta yang masih menyeringai. Tak peduli pada Semesta, mereka memilih duduk di bangku masing-masing.

"Ya Tuhan, Aksen. Lo kenapa?" tanya seorang siswi petugas piket UKS yang Aksen lupa namanya.

"Obatin, 5 menit" pinta Aksen lalu duduk di ranjang pasien.

Aksen menatap lekat siswi yang gemetaran menyentuh wajahnya. Berkali-kali obat luka tumpah pada rok seragam siswi itu.
Aksen terkadang heran, apa benar dia setampan itu dimata perempuan.

"Udah Sen, ini salepnya jangan lupa diolesin setiap habis mandi. Jangan lupa juga kompres pake ai-" ucapan siswi itu terpotong saat Aksen memilih keluar tanpa berucap sepatah katapun.

Anonymous Letter ✔ endWhere stories live. Discover now