13. Tempur

46 8 0
                                    

Pukul 19.52

Kami sudah menyusun strategi perpencaran wilayah sebelumnya.

Zaron, Wiliam, Neska ke arah gedung kelas 10.
Semesta, Aksen, Franda arah gedung kelas 11.
Jeff, Om Rahmat dan Pak Barjo gedung kelas 12.

Sisanya seperti Kantin, Perpus dan Toilet kami akan lakukan bersama-sama.

Malam ini berbeda sekali dengan malam-malam biasanya. Sejuknya angin membuat bulu kuduk kami meremang. Padahal kami semua rata-rata menggunakan pakaian hitam tebal serta masker dan topi hitam sebagai penyamaran.

Kami mulai menyisir tempat sesuai arahan.

"Za, balik aja gue merinding" rengek William.

"Apaan sih lo Wil, kita udah setengah jalan, jadi cowok jangan cengeng dong" desis Neska tajam.

"Tapi sumpah gue takut" rengek William lagi.

"Kalo lo takut lo disini aja, tunggu di koridor" suruh Zaron.

"Engga, ngga mau mending ikut kalian aja" balas William bergidik.

Mereka mulai mengecek koridor dan ruang kelas satu per satu. Dengan berbekal kunci pemberian Pak Barjo dan senter yang mereka bawa. Karena ruang kelas dan sekolah tidak mungkin dinyalakan listriknya. Itu akan membuat mereka semua tertangkap cctv.

Sedangkan di lantai dua. Tepatnya koridor kelas sebelas.

"Selesai urusan ini jangan harap gue sama lo damai" ucap Aksen tajam.

"Cih, siapa juga yang berharap damai sama lo" ejek Semesta.

Franda memutar bola malas, berjalan diapit musuh bebuyutan ini membuatnya jengah.

"Lo cek kelasnya!" suruh Aksen

"Ko gue? Kenapa ngga lo? Takut?" tantang Semesta.

"Demi Dewa Durjana! Kenapa kalian berisik banget sih, udah kita bertiga cek bareng-bareng" putus Franda.

Aksen dan Semesta menurutinya, dengan malas dan mata tajam saling melirik ,mereka mulai menyoroti ruang kelas.

Di gedung kelas dua belas.

"Om, saya rasa ngga ada yang aneh disini" ucap Jeff yakin.

"Iya Pak, saya juga sudah cek semua" kata Pak Barjo.

"Ya sudah, sudah dikunci kembali semuanya?" tanya Pak Rahmat.

"Sudah" ucap Pak Barjo.

"Kita turun ke bawah" putus Pak Rahmat.

Jeff, Pak Rahmat, Pak Barjo sudah berada di gedung lantai dua, kelas sebelas.
Mereka menunggu tim Aksen untuk turun bersama.

"Bagaimana?" tanya Pak Rahmat.

"Ngga ada Om, bersih" ucap Aksen.

Pak Rahmat menghelas nafas dan memberi kode untuk turun ke lantai bawah.

"Wil" panggil Jeff saat melihat William.

William takut, ia seperti mengenal suara ini, tapi ia tidak berani menengok, takut-takut itu bukan manusia.

"Wil, budeg lo?" panggil Jeff saat mendekati William.

William menghembuskan nafas lega.

"Lo kira gue medi?" tanya Jeff
(Medi dalam bahasa Jawa berarti Hantu)

"Hehehe maap" cengir William.

"Zaron mana?" tanya Semesta.

"Tuh sama Neska lagi ngunci pintu. " jawab William.

Anonymous Letter ✔ endWhere stories live. Discover now