11. Rencana

55 8 0
                                    

"Ih jalan yang bener dong, berantakan semua kan berkas gue" sewot Franda pada seorang lelaki yang menabraknya tadi.

Franda menatap lelaki itu. Sepertinya ia kenal rambut depannya.. Ia membaca badge namanya.

Gibran Adi Leksmana

"Hah! Kak Gibran" batin Franda ketakutan lalu mempercepat membereskan berkasnya.

Ia tau Gibran.Karena kemarin, Semesta baru saja menceritakan orang ini.
Kak Gibran itu kakak kelasnya.

"Ngga rusak kan?" tanya Gibran.

"Eh engga, sorry ya kak" kata Franda. Sebenarnya dia sangat takut jika memang dia tersangka pembunuhan temannya.

"Ko lo yang minta maaf?" tanya Gibran.

Franda kelabakan, ia ingin cepat-cepat pergi dari sini. Namun, kak Gibran terus menerus bertanya.

"Franda, dipanggil Neska" teriak Semesta.

"Ah iya Ta, permisi kak" ucap Franda lari terbirit-birit. Puji Tuhan Semesta membantunya kali ini. Sepertinya memang Semesta Bukanlah tersangka.

Ya, sejak pembicaraan kemarin, Franda yang notabennya Kapten Detective sudah membuat beberapa plan dalam notesnya.

Dia sudah menulis kasus dan meminta beberapa bukti seperti foto tulisan darah dan foto Gibran. Dia juga sedang membuat analisa-analisa kedepannya.

"Thanks" ucap Franda saat melewati Semesta.

Semesta hanya diam lalu menghampiri Gibran.

Semesta menepuk pundak Gibran dua kali lalu melaluinya.

"Tuh kan! Mencurigakan lagi" batin Franda yang ternyata sedang sembunyi di balik pot.

"Woi" teriak Wiliam.

"Ayam bakar saus tiram" terkaget-kaget Franda sambil memegang pot yang hampir terguling karenanya.

"Wiliam!" teriak Franda.

"Ngintipin siapa lo? Pak Barjo?" ledek Wiliam.

"Apasih, yakali gue ngintipin dia. Minggir ah" ucap Franda kesal lalu meninggalkan Wiliam.

Wiliam mengejar langkah Franda.

"Lo suka kan sama tukang kebun sekolah kita. Cie, ngaku lo" ledek Franda.

"Wiliam diem ngga!" teriak Franda.

"Hahaha, yuk ke ruang osis. Udah ditunggu katanya" ajak Wiliam.

Franda mengangguk mengikuti.

Di dalam sudah ada semua temannya, Semesta juga.

"Kita bahas strategi hari ini" kata Jeff memulai.

"Jangan. Lebih baik kita bahas inti masalahnya dulu" saran Semesta.

"Semesta sudah ada disini? Bagaimana bisa secepat itu?" Batin Franda.

"Boleh juga" ucap Zaron setuju pada
Semesta.

"Dimulai dari kematian Putra. Jeff lo yang paling tau kronologi nya kan, ceritain" tukas Zaron.

Jeff mengambil nafas lalu mulai bercerita. Mereka semua mengerti, dilanjutkan dengan kronologi kematian Citra. Tidak mungkin mereka mengundang saksi mata kesini, rahasia mereka akan semakin menyebar.

Untungnya, Franda sudah merekap semuanya dalam file semalam. Jadi mereka tak perlu repot-repot memikirkan cara.

"Jadi, apa dugaan lo pada" tanya Wiliam.

"Ada pembunuh di sekolah ini" ucap Aksen tiba-tiba.

Seketika ruangan hening.

"Maksud lo?" tanya Semesta.

"Menurut kalian, darah siapa yang ada di rooftop?" tanya Aksen.

"Manusia" jawab Wiliam.

Pletak

Jeff memukul pelan dahi Wiliam, masih sempat-sempatnya dia membuat lelucon.

"Gue ada asumsi, darah yang Semesta sama Kintan liat itu darah korban ketiga." ucap Franda.

"Maksud lo ada pembunuhan lagi?" tanya Neska.

"Iya, karena ngga mungkin kalo darah hewan bisa berwarna gitu, darahnya juga banyak kan sampe bisa buat nulis nama panjang Semesta dan perintah untuk pergi ke lokernya" jelas Neska dengan satu tarikan nafas.

Mereka semua menimbang-nimbang, ada benarnya juga.

"Berarti kesimpulannya" ucap Jeff menggantung.

"Ada pembunuhan ketiga yang dilakukan diam-diam. Bahkan pihak sekolah maupun siswa ngga ada yang tau." jelas Jeff.

"Kecuali satu orang" ucap Zaron.

Mereka semua menoleh dan melebarkan mata bersamaan.

"Gibran Adi Leksmana?" tanya mereka serentak.

Ruangan hening dengan kulit yang terasa merinding. Di luar sana sekolah ini termasuk sekolah terbaik, namun di dalamnya siapa yang tau.

"Kita harus cari tau asumsi kita bener apa ngga. Pertama-tama, kita cari mayatnya dulu" saran Jeff.

"Ngeri ah Jeff" tolak Wiliam.

"Wil, masalah ini harus cepet selesai. Lo mau kita semua mati! " desis Jeff.

Wiliam diam membenarkan.

"Tapi kayanya kita butuh bantuan beberapa orang berpengaruh disini" ucap Neska tiba - tiba.

"Memangnya kenapa?" tanya Zaron.

"Ini udah termasuk misi besar. Tugasnya polisi bukan pelajar." jelas Neska.

"Kita buat kesepakatan sama kepsek. Kalian semua pasti deket sama dia karena kalian temen Putra" ucap Semesta.

Semuanya menangguk menyetujui, Franda mencatat rencana mereka.

"Kapan kita mulai pencarian?" tanya Jeff.

"Pulang sekolah kita temuin Om Rahmat dulu, kita bicarain tindakan kita." ucap Zaron.

"Setuju" ucap semuanya.

Anonymous Letter ✔ endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang