Part 16

105 10 0
                                    

"Kalian tahu, profiling itu sangat penting. Walaupun ini agak menggunakan imajinasi kita, tetapi ini juga menggunakan logika," ujar Eddy sambil menunjuk ke papan, yang sudah dicoret-coretnya. Di papan itu juga tertempel foto sepuluh korban yang telah dihabisi pembunuh itu.

"Katakan saja apa yang hendak kau katakan," geram Jeff, masih tidak dapat menerima tingkah Eddy yang angkuh.

"Pertama, Allie, menurutmu, dari apa yang sudah kau selidiki selama ini, kira-kira bagaimana pembunuh itu?" tanya Eddy.

"Hmm, aku pikir pembunuhnya adalah seorang laki-laki," ujar Allie, "Walaupun tidak pernah ada tetesan sperma untuk membuktikan, tetapi kelakuan pembunuh ini menunjukkan bahwa ia laki-laki, atau kalaupun ia adalah seorang perempuan, ia memiliki ketertarikan sesama jenis."

"Aku yakin bahwa dia laki-laki," ujar Jeff, "Pembunuhan secara acak, kelakuan psikopat, biasanya rata-rata pembunuh berantai adalah seorang laki-laki."

"Kesimpulan yang terlalu cepat soal gender," tegur Eddy, "Psikopat selalu laki-laki, itu hanyalah stereotipe yang dibangun oleh media massa. Kita masih tidak tahu dengan jelas gender pembunuh ini. Tapi ya, benar bahwa dia adalah seorang psikopat. Lalu apa lagi Allie?"

"Ia memiliki ciri tertentu pada korban, yaitu korban jauh dari keluarga atau bahkan tidak memiliki keluarga. Apakah ini ada hubungannya dengan diri pelaku sendiri? Bahwa ia tidak memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya? Semacam teori proyeksi Feuerbach?" tebak Allie.

"Ya, kurasa juga begitu," timpal Eddy, "Dia pasti memiliki masa kecil yang buruk. Tetapi anehnya, mengapa ia baru melakukan pembunuhan ini dua tahun terakhir? Apa mungkin ada sebuah trigger yang membuat ia melakukan hal ini?"

"Mungkin ada momen yang mengingatkan dia Kembali pada masa kecilnya pada masa dua tahun itu?" tebak Jeff. Eddy menjentikkan jari, "Tumben kau benar!"

"Ya, betul. Mungkin ia baru saja bertemu lagi dengan anggota keluarganya? Atau mungkin ia baru saja membentuk keluarga baru? Menikah misalnya?" Allie mengangkat bahu, "Hanya menebak."

"Rupanya kau sudah mulai berpikir seperti psikopat," ujar Eddy kagum, "Aku berpikir setiap psikopat pasti ingin sebuah kehidupan normal, untuk menyembunyikan kehidupan keduanya yang memuakkan dan kejam..."

"Itulah yang membuat dia sulit dicari, ia bisa saja seorang karyawan biasa, atau seorang mahasiswa, atau bahkan seorang ibu rumah tangga," ujar Allie.

"Tapi bukan berarti tidak mungkin," bisik Eddy, "Interupsi itu, pasti akan menginterupsi dia lagi."

Eddy tersenyum misterius. Allie dan Jeff hanya mampu bertanya-tanya apa yang dimaksud oleh Eddy.

TWOWhere stories live. Discover now