TWO

Part 11

"Hasil otopsi korban kesembilan sudah keluar," lapor Jeff. Ia menyerahkan sebuah map pada Allie, "Apa yang dikatakan si sombong itu benar. Korban itu dihabisi pada hari yang berbeda dari waktu ia diculik."

Allie menerima map itu dan membukanya. Nama korban: Sintia, usia 25 tahun. Yatim piatu. Bekerja sebagai pengurus bayi paruh waktu. Allie membalik map itu, ada foto Sintia. Rambutnya hitam panjang, lurus, dan ia memakai gaun berwarna marun.

"Ciri-cirinya sesuai dengan korban si pembunuh berantai," bisik Allie, "Aku tidak menyangka akhirnya ia melakukan suatu kesalahan."

"Aneh, mengapa ia tidak menyelesaikan aksinya dulu baru pergi, kalaupun ada interupsi, ia dapat menyelesaikan korbannya hanya dengan sekali tusuk," ujar Jeff.

"Hahahaha!" tiba-tiba Eddy masuk ke kantor dengan tertawa, "Pikiran itu bukan pikiran seorang psikopat!"

"Ah, dia lagi," geram Jeff.

"Seorang psikopat tidak akan menghabisi korbannya dengan cepat. Semakin lama korban menderita, akan semakin baik. Jika pada saat ia menculik korban ada yang menginterupsinya, ia pasti berpikir untuk melanjutkannya di waktu lain. Jika ia menghabisi korban langsung, maka seluruh aksinya akan sia-sia. Tidak akan ada kesenangan. Tidak ada karya seni!" jelas Eddy.

"Kau benar-benar berpikir seperti seorang psikopat, jangan-jangan kau memang salah satunya," gumam Jeff.

"Aku setuju," jawab Allie, "Tapi menariknya, di sini dikatakan bahwa korban dibius dua kali."

"APA??" Eddy segera mendekati Allie.

"Ini, lihatlah. Tertulis bahwa korban pertama kali dibius pada hari Kamis pukul 2.30 dalam dosis yang tinggi. Kemudian pembunuh itu Kembali di hari Jumat pagi pukul 10.00 pagi, dan membiusnya lagi dengan dosis lumayan tinggi. Lalu ia Kembali lagi malam, kira-kira pukul 23.00 dan menghabisi korban... Mengapa ia tidak menghabisi korban di pagi hari?"

"Apakah ia memang lebih menikmati menghabisi korban waktu malam?" tebak Jeff.

"Atau kemungkinan kedua Ada interupsi lagi," bisik Eddy.