Part 7

154 17 0
                                    

Aksi ini dimulai dua tahun lalu, sejak Bella melahirkan Lea. Aku tidak tahu mengapa aku baru melakukannya sekarang, bukan dari beberapa tahun lalu. Mengapa aku tidak melakukannya waktu aku masih single, waktu belum memiliki anak? Aku sendiri juga bingung. Setelah Lea lahir, dorongan yang sudah lama aku rasakan mendadak mendesakku untuk membuatnya menjadi kenyataan. Selama ini pembunuhan hanya berada dalam pikiranku dan keinginanku, tetapi aku masih dapat mengontrolnya.

Kemungkinan besar kelahiran Lea telah mengingatkan aku dengan masa kecilku sendiri. Bukan sebuah masa kecil yang bahagia. Penuh penyiksaan dan kesakitan. Sepanjang aku mengingatnya, masa kecilku adalah neraka. Ketika Lea lahir, Ketika aku mendekap tubuh mungilnya di dadaku, Ketika kucium kaki mungil dan tidak berdaya itu, aku sendiri merasa Kembali ke masa kecil itu, di mana aku rapuh dan tidak berdaya. Seakan-akan aku sendiri harus melindungi diriku sendiri. Dan saat itulah gairah untuk melakukan pembunuhan tidak dapat dipendam lagi.

Sebelum dua tahun lalu, tentu aku tidak pernah membunuh, selain membunuh binatang-binatang yang dapat kusiksa saat aku kecil. Aku merasa sedikit aneh harus melakukannya secara nyata. Aku tidak dapat membayangkan apa yang akan aku rasakan saat aku melakukannya. Apakah aku akan merasa takut? Apakah aku merasa kuatir? Apakah aku justru akan merasa senang? Anehnya, hanya yang terakhir yang aku rasakan, yaitu kesenangan.

Pembunuhan pertama terasa sangat menggairahkan sekaligus mendebarkan. Korban pertamaku, sebenarnya bukan korban pertama yang diidentifikasi polisi. Ada korban lain sebelum delapan korban sebelumnya. Namun pembunuhan pertamaku ini tidak kupikirkan sebagai pola. Ini adalah percobaan, untuk mengusir rasa penasaranku. Korbanpun benar-benar acak, dan itu adalah seorang pria. Aku bertemu dia di bar. Aku mengiming-imingi dia dengan ganja, dan ia mau mengikutiku masuk ke mobil.

Awalnya aku bingung mau melakukan aksiku di mana. Namun korban pertamaku ini, ia yang memberiku inspirasi. Ia membawaku ke sebuah rumah tua, yang seringkali ia gunakan sebagai markasnya menyimpan ganja. Ia mengetahui bahwa rumah itu kosong dan tidak ada seorangpun yang akan datang. Itulah waktu di mana aku melancarkan aksiku. Masih sedikit berantakan. Aku melakukannya cukup cepat sehingga aku tidak sempat menikmati prosesnya. Kurasa aku sedikit gugup. Aku menusuk lehernya dengan pisau lipat saat ia sedang menikmati ganja. Darah langsung menyembur dari lehernya dan tidak beberapa lama kemudian pria itu meninggal di depanku.

Aku tidak pernah merasa sehebat dan segirang itu dalam hidupku.

Bahkan saat membereskan mayatnya, aku tidak merasa repot. Aku tetap merasakan kesenangan itu.

TWOWhere stories live. Discover now