4.1 || Selamat Tinggal

1K 117 8
                                    

Ini adalah lagu terakhir di dalam Ruang Rindu. Dengarkan sambil membacanya.

"FANA!"

Fana terjatuh, kemudian lelaki itu menarik senapan kecil yang tidak jauh darinya. Diarahkan senapan itu ke Saskara. "S-saya ... tidak pernah memikirkanmu sekalipun selama sisa hidup ss-aya. Da-n sa—ya, sanggup membunuhmu. Walaupun kamu adalah A—yah saya."

Lelaki itu memejamkan mata, dan Saskara tersenyum tipis menatap putranya itu. "Bunuh saja Ayahmu ini. Itu lebih baik daripada ssh ... saya mengacaukan dunia." Fana mendorong isi senapan, peluru itu berhasil menembus dada Saskara.

Setelahnya, senapan itu terjatuh begitu saja dari tangan Fana.

"Fana ... tolong bertahan sebentar aja," Cairan bening itu mengalir deras membasahi pipi Fana dari netra Senja, "Senja bakalan cari pertolongan dari luar."

Gadis itu belum sempat beranjak ketika Fana menahan tangannya. "Di si—ni aja."

Senja menggeleng kuat. "Gak! Kita harus cari bantuan! Liat Eltra, Gara, Bima, Regha, dan Papa! Mereka juga butuh pertolongan sama kayak Fana!"

Gadis itu kembali beranjak.

"Nja..." Suara Fanathan yang semakin melemah itu membuat Senja berbalik. "Fana! Senja gak mau kalian semua kenapa-kenapa! Senja cuma mau cari pertolongan sebelum terlambat!"

Fana menggeleng pelan.

"Fana tau mimpi Senja tadi sore?! Ini semua yang ada di mimpi Senja! Bahkan posisi kalian sama persis kayak di mimpi Senja! Tau hal apa yang selanjutnya bakalan terjadi?! Fana bener-bener jadi debu!" Senja membiarkan cairan beningnya turun semakin deras.

"Fana hilang dari bumi, Fana gak ada sama Senja!" teriaknya kuat.

Gadis itu terduduk. Dia tidak kuat melihat akhir dari semua ini. Perjalanan teman-temannya masih panjang. Dan dia tidak mau ini yang menjadi akhirnya.

"Eltra, Regha, Bima! Tolong pake hp kalian telepon polisi sama ambulan!"

Yang diajak berbicara tidak menyahut. Eltra menggeleng pelan, begitu pun dengan Regha. "Kita uda—h gak ... kuat, Nja."

Senja berlari ke arah teman-temannya yang lain. "Kalian harus bertahan, please gue mohon. Gue janji kita bakalan selamat dan baik-baik aja. Izinin gue nelepon polisi."

"Nja..."

Suara Fana yang memanggilnya membuat Senja benar-benar meruntuhkan pertahanannya itu. "Kenapa jadi kayak gini akhirnya? Padahal dari awal gue udah bilang sama kalian untuk gak ikut campur! Kalau kalian gak ikut campur, mungkin kalian gak bakalan ada di sini! Mungkin cuma gue aja yang di sini!"

"Karena lo sahabat kita semua, Ja," ucap Eltra perlahan.

"Lo satu-satunya yang Fana sayang sampai dia rela menjaga lo. Dan kita semua gak bisa diem soal itu. Apa pun yang Fana jaga ... kita juga akan menjaganya," sahut Regha pelan.

"Ja, satu hal yang harus lo tau ..." Eltra menatap gadis itu lekat. "Ini semua bukan salah lo... jangan pernah menyalahkan diri lo jika nantinya ada yang akan pergi."

Senja menggeleng. "Gak akan ada yang pergi!"

"Senja ... kita semua udah semakin lemah ... Kita semua udah bertahan sejak kemarin. Dan Papa lo udah bertahan selama satu minggu lebih ... Kita semakin lemah, Ja," ujar Regha berusaha menahan pendarahan di kakinya.

Gadis itu berlari ke arah Prasetya. Digenggamnya tangan Prasetya erat. "Papa, bangun Papa! Papa janji gak akan ninggalin Senja. Papa gak boleh ninggalin Senja! Cukup Mama, Papa jangan ikut-ikut Mama! Senja masih butuh Papa..."

Ruang Rindu [Completed]Where stories live. Discover now