4.0 || Terungkap

835 80 3
                                    

Suara tawa menggema di ruangan kosong itu. Langkah kaki yang terdengar akan memasuki tempatnya diam, membuat Prasetya dan Eltra yang masih sadarkan diri itu menegang.

"Om, jujur Eltra takut. Kalo itu Fan ... ah sakit banget kakinya Eltra, Om!" ucap Eltra sambil merintih kesakitan karena hasil tembakan di kakinya itu.

Apa pedulinya jika dia kehilangan banyak darah karena hal ini? Sungguh dia bahkan sudah kehabisan darah sebelum sampai di lokasi ini.

"Sabar, Eltra. Kita pasti keluar dari sini."

"Arghh....."

Eltra dan Prasetya sontak menoleh. Bima perlahan mengerjapkan matanya disusul dengan Regha beberapa menit kemudian. Keduanya menarik napas berkali-kali dan menahan sakit akibat tangan mereka yang terikat.

"El—tra—air..." bisik Regha. Suara lelaki itu sangat kecil, dan Eltra tau jika dua lelaki inilah yang bersama Prasetya sebelum dirinya dan Gara.

Eltra langsung meraih botol minum yang terletak tidak jauh darinya. Diberikannya bergantian kepada Regha dan Bima.

"Lo—di sini?" tanya Bima.

"Kita semua dijebak. Dan manusia itu bilang akan eksekusi kita kalau Fana dan Senja udah sama kita di sini. Barusan gue denger—"

Brak!

Sontak keempatnya menoleh. Mereka membulatkan netra ketika melihat dua sosok yang di seret pria itu. Sialan! Fana dan Senja sudah bersama mereka!

"Tidak ada yang mau menarik dua orang ini bersama kalian sshh?"

"BRENGSEK! KAU APAKAN PUTRIKU?!!!"

Prasetya berusaha bangkit, namun gagal. Lelaki itu sudah tidak berdaya lagi melawannya. Sudah terlalu habis tenaganya sejak melawan dari hari pertama.

Tidak hanya Prasetya, Eltra berusaha bangkit dan berjalan perlahan. "ELTRA DIEM DI SANA!"

Eltra membulatkan mata mendengar suara Fanathan yang terdengar.

"NATHAN?!"

Fana melepas tangan pria topi baret yang menggenggam tangannya dan Senja. Ditendangnya kuat tubuh pria itu hingga dirinya terhempas. Langsung Senja diseret ke arah teman-temannya itu.

Lelaki itu mengusap rambut Senja perlahan. "Nja, bangun, Nja."

Gadis itu membuka matanya perlahan. Sayup-sayup ia merasakan pergerakan dari tangannya. Ketika matanya terbuka sempurna, ia langsung menegang, tubuhnya gemetar, dan seakan hari itu juga ia tidak ingin membuka matanya lagi.

"Sssh ... jadi, seperti ini rupamu sekarang, Athan?"

Semuanya terdiam. Athan? Fanathan maksud pria itu? Semuanya kecuali Fana terdiam. Lelaki itu bangkit berjalan mendekat ke arah pria bertopi baret itu.

"Siapa dirimu sebenarnya?! Athan hanya panggilan dari Bunda saya! Siapa kamu berani menganggu kami semua?! Siapa pun dirimu, aku tidak akan segan membunuhmu!!"

Fana mengepalkan tangannya. Tubuhnya gemetar, pandangannya sedikit kabur karena sebelumnya ia berusaha melawan pria itu ketika di markas Bima.

Pria itu tertawa. "SENJA ANINDIRA!"

Senja yang namanya disebutkan, memegang erat tangan Prasetya. "Saya tidak kenal siapa dirimu! Dan saya tidak merasa punya suatu hal yang harus saya sampaikan!"

"Lihat Prasta? Bahkan putrimu sendiri ... sssh ... tidak tau siapa saya? Bukankah itu kejam?"

Prasetya terdiam. Ia mengepalkan tangannya. "Kamu tidak ada urusan dengan putri saya!!"

Ruang Rindu [Completed]Where stories live. Discover now