1.1 || Hak Milik?

2.5K 240 6
                                    

Senja memiringkan tubuhnya. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali. Rasa kantuk itu sudah mulai menyerang dirinya, namun matanya tidak bisa diajak bernego.

Tidak bisa tertidur.

Ia mengubah posisinya ke kiri dan kanan. Sambil bergumam, "Itu Fana tadi maksudnya ngajak Senja pacaran?"

Senja menegakkan tubuhnya lalu bersandar di kepala ranjang.

"Apa iya dia nembak Senja maksudnya?" gumamnya masih ragu.

Lalu tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok Fana yang masuk dengan membawa guling, ia berjalan ke tempat tidur yang sedang Senja gunakan.

Fana menggeser tubuh Senja dan langsung tertidur di sampingnya. Mata Fana masih terpejam.

Sekilas, Senja merasa Fana sedang ngigau, ia mencoba menyentuh pundak Fana.

"Fana, bangun! Balik sana ke kamar!" ucapnya.

"Nja, gue gak bisa tidur kalau bukan di kamar sendiri. Di sebelah gak enak. Gue mau di sini. Nemenin lo aja."

Senja langsung terdiam. Deg-degan mulai dirasakannya. Masa iya dia tidur berdua dengan Fana? Nanti dipikirnya gimana-gimana kan ribet ya.

Senja bangkit dengan perlahan dari ranjangnya itu, baru saja ia hendak keluar dari sana, tangannya ditahan Fana.

"Jangan pergi. Tidur sini aja. Lagian Fana gak ngapain kok."

Perkataan Fana itu membuat Senja terdiam lalu tersenyum tipis. Gadis itu kembali duduk di ranjang Fana, sesekali ia mengamati lekuk wajah Fana. Senja melihat jam yang terpasang di dinding. Pukul dua pagi. Senja langsung menguap.

Dan beberapa saat kemudian, Senja sudah terlelap dan tanpa sadar, ia menjadikan tangan Fana sebagai gulingnya.

— Ruang Rindu —

Fana tiba-tiba saja mengerjapkan matanya ketika ia merasa ada seseorang berbaring di sampingnya. Ia membuka matanya perlahan dan langsung terkejut menemukan Senja sedang menjadikan tangannya sebagai guling.

Lelaki itu tidak bergerak, ia juga membiarkan Senja tertidur. Fana mendadak berpikir, kenapa ia bisa sampai tertidur di sini? Apakah semalam ia ngelantur? Atau apakah kemarin dia ngigau? Atau.. atau.. dia berjalan sendiri ke kamarnya?

Fana menggelengkan kepalanya. "Apaan anjir, masih pagi udah mikir aneh-aneh," gumamnya pelan.

Ia kembali menatap gadis di sampingnya itu. Fana mengambil posisi berbaring menghadap ke arah Senja. Ia tersenyum memandangi setiap inci wajah Senja yang menurutnya ... hm, manis?

Kulit Senja ternyata bersih, belum lagi gadis itu putihnya melebihi Fana. Dan tahu? Gadis itu tersenyum dalam tidurnya. Aneh, pikir Fana. Sepertinya cuma Senja yang tertidur seperti ini. Atau kalian semua juga?

Fana tersenyum. Sebenarnya bisa dibilang bahwa lelaki itu tertarik kepada Senja, tetapi, masih belum seratus persen yakin. Lelaki itu menggelengkan kepalanya. Dia bergerak dengan perlahan melepas tangan Senja yang menggenggam tangannya.

"Tidur dulu ya, Nja, Gue mau bantuin Bunda."

Baru saja Fana hendak bangkit, tangan Senja menahan ujung baju yang dipakai Fana. Fana beralih meliriknya, namun gadis itu hanya tertidur tanpa berbicara apapun.

"Lo ngigau?" tanyanya dengan suara pelan. Lelaki itu duduk kembali di ranjangnya. "Gue gak pergi kali, mau bantuin Bunda, Senja."

"Jangan ... jangan pergi ...," Senja terlihat ketakutan, keringat yang semula tidak ada tiba-tiba saja muncul di keningnya. Fana menatap gadis itu intens. "Mah... jangan pergi... Papa gak salah, Papa gak jahat ..."

Ruang Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang