0.6 || Dompet dan kejahilan

3.1K 330 25
                                    

Fana mengetukkan jari jemarinya di helmnya. Ia menunggu Senja keluar dari gedung itu. Ah, Fana tidak seperti Radha yang mencari perhatian dengan membantu Senja mengangkat baju-baju itu.

"Kok gue malah ngeiyain apa maunya dua curut itu ya? Iya kalo dia mau pulang bareng gue. Kalo enggak kan ribet ya urusan..."

Melihat gadis itu sudah keluar dari gedung, Fana langsung tersenyum manis. Ia menyatukan kedua tangannya.

"Ya Tuhan, kali ini kabulkan doa Fana untuk bisa mengantar makhluk hidup bernama Senja Anindira untuk pulang supaya uang Fana tidak terkuras untuk membelikan dua curut itu mini album, Aamin.."

Fana membuka matanya, ia melihat Senja menghampirinya. Fana memasang wajah datarnya. "Fana...," panggil Senja pelan.

Please... please, pulang bareng gue.

"Kayaknya gue pulang sama Radha deh, takut ngerepotin lo. Soalnya kan gue bawa baju."

Pupus harapan.

Fana mengembuskan napasnya. "Oke. Lagian mau lo pulang sama Radha atau sama gue pun gak masalah. Yang penting lo sampe rumah."

"Ya udah, lo hati-hati. Gue mau cari Radha langsung biar gak keburu sore banget pulangnya."

Fana mengangguk. Setelah Senja pergi, ia mengelus dadanya. "Beneran sial hari ini."

Lalu Fana menjalankan motornya ke arah rumahnya. Benar-benar Senja itu, ya. Habis kali ini uang Fana untuk membelikan Eltra dan Gara album itu!

"Oke, Fana. Tenang. Lo udah biasa diabisin uangnya sama mereka berdua."

— Ruang Rindu

Senja merebahkan tubuhnya di ranjangnya. Ia memandang langit-langit kamarnya. Mengembuskan napasnya perlahan. Lalu ia terbangun lagi, mengecek baju anak basket yang tadi dibawanya.

Hal yang menyenangkan bagi Senja saat membongkar baju-baju itu adalah bisa menciumi wangi maskulin yang masih menempel di bajunya.

Sudah dicuci, cuma masih tetap harum.

"Eh, apa nih," Senja mengangkat sebuah dompet, ia membukanya, "Oh, punyanya Fana."

Pandangan Senja beralih ke jam dinding di kamarnya. "Masih jam delapan, gue ke rumahnya ah... balikin dompetnya."

Senja mengganti pakaiannya, sederhana, hanya kaos oblong warna hitam dan celana jeans biru dongker dan tentunya dengan hoodie abu kebanggannya itu. Gadis itu berlari menuruni tangga, ia melihat Prasetya duduk sambil membaca buku.

"Papa..." Senja bergelayut manja di pundak papanya itu. "Dompetnya Fana ketinggalan, Senja balikin ke rumahnya boleh gak?"

Prasetya meliriknya. Ia meletakkan korannya. "Siapa Fana?"

"Ih, itu loh yang waktu itu anterin Senja pulang. Ya Papa suruh dateng ke rumah itu."

"Oh, Nathan?"

"Namanya Fana, Papa. Dia sukanya dipanggil Fana daripada Nathan." Senja tersenyum. "Boleh ya, Pah? Sekali aja deh. Sekalian mau ketemu Fana."

Prasetya menggelengkan kepalanya. "Kamu itu... bilang aja mau ngapel. Untung Papa baik, ya." Papanya menyentil pelan hidungnya. "Ya udah, ayo, Papa yang anterin."

"Yeee!! Thank you Daddy!!"

— Ruang Rindu —

Fana mengunyah biskuit strawberry lagi, sambil menonton televisi bersama Gara dan Eltra di ruang tamu. Sementara Dewi masih berada di dapur menyiapkan makan malam.

Ruang Rindu [Completed]Where stories live. Discover now