26. Her Date With Another Woman

359 23 0
                                    

Vote dulu dong!

•••

Berhari-hari telah berlalu dengan aku yang tidak pernah keluar kamar setelah Dita pulang hari itu. Dita baik sekali, hari itu dia membantuku membereskan kamar dengan banyak pecahan kaca. Dita juga setiap hari datang ke kamarku membawa makanan.

"Ra, bagaimana handphonemu?" Tanya Dita saat sampai di kamarku.

"I don't care,"

"Bagaimanapun juga kau harus mendengar penjelasannya," Dita lembut, dan mendekat ke arahku.

"Semuanya sudah jelas, bahkan aku telah meminta penjelasannya hari itu, tapi dia tidak mengangkat teleponku,"

Semuanya kembali menyerang pikiranku. Aku benar-benar merasa menjadi wanita yang lemah. Aku selalu saja menangis saat mengingat semuanya.

"Sudahlah, aku minta maaf," Dita selalu saja meminta maaf. Padahal dia tidak memiliki kesalahan apapun. Dita bisa menjadi orang yang sangat peduli sekaligus dia juga bisa menjadi orang yang gila.

"Katakan maaf sekali lagi, kujambak rambutmu,"

Lalu, Dita tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya dan mengangkat kedua jarinya membentuk huruf 'V'. Aku jadi teringat dengannya lagi. Bagaimana tidak? Disaat seperti ini aku malah merindukannya. Wanita seperti apa aku?

"Nurina akan datang, dia sangat mencemaskanmu,"

Tring..
Baru saja Dita mengatakan itu, sepertinya Nurina sudah datang.

Dita menepuk lenganku, seperti mengatakan kalau akan turun dan membukakan pintu untuk Nurina.

Nurina datang dengan membawa dua paperbag, aku tidak terlalu peduli isinya apa. Dan yang paling mengejutkan dia membawa Jin oppa. Astaga, tidak bisakah dia terlepas dari Jin oppa?

"Kau baik-baik saja?" Nurina menempelkan punggung tangannya di keningku. Dan aku menurunkan tangannya, sambil tersenyum, lalu menggeleng pelan.

"Kau tidak ingin bicara dengan Taehyung?" Jin oppa menawarkan handphonenya untukku. Lagi-lagi aku menggeleng. "Kau, harus," Jin oppa langsung menghubungi Taehyung, dan mengaktifkan loudspeaker.

"Jangan katakan apapun pada Zahra, hyung!" Sambut Taehyung.

"Chagiya," Aku tidak salah dengar kan? Itu suara perempuan, sudah jelas mereka sedang berkencan. Aku mengambil paksa handphone Jin oppa dari tangannya, dan menekan tombol berwarna merah. Aku benar-benar hancur.

"Dasar! Perempuan macam apa Jisoo itu?" Umpat Dita.

Mereka semua menyembunyikan sesuatu dariku. Mengapa kalau Jin oppa yang menelepon diangkat, kalau aku tidak? Bodoh sekali aku masih mencintainya sampai detik ini.

"PERGI!"

Kalian semua boleh menyebutku jahat, karena aku mengusir sahabatku sendiri. Tapi aku memang ingin sendiri.

"Ti-tidak seperti itu, Ra," Jin oppa seperti akan menjelaskan.

"PERGI!"

Mereka semua keluar dan aku mendengar suara debat diluar sana. Aku ingin tau semuanya. Apa aku hanya mainannya saja?

Bodoh sekali aku malah merindukannya. Sedangkan dia disana malah asik pacaran dengan Jisoo.

Aku terlalu lama menangis, sampai darah keluar dari hidungku. Aku tidak pernah mimisan sebelumnya. Tentu saja aku kaget.

"Dita.." Panggilku lirih.

Dita langsung memasuki kamarku.

"Astaga, kau kenapa?" Dita langsung membawaku ke rumah sakit. Padahal aku tidak apa.

Sepertinya aku harus berpura-pura tidur setelah dokter mengecek keadaanku. Tidak tau kenapa, aku ingin memejamkan mataku di rumah sakit ini. Nurina, Dita dan Jin oppa masih berada di ruangan yang sama denganku.

"Aku harus memberitahu Taehyung," Jin oppa mengatakan seperti itu. Aku tidak mendengar jawaban dari Nurina dan Dita. Tapi sepertinya mereka menyetujui.

"Zahra masuk rumah sakit," Ucap Jin oppa, mungkin dia telah tersambung dengan Taehyung.

Sedikit lama mereka Jin oppa terdiam, sepertinya dia mendengarkan kata-kata yang dikeluarkan dari mulut Taehyung.

"Aku ingin mendengarnya," Nurina berkata seperti itu.

"Sudah ya, ada Jisoo disini," Taehyung berhasil mematahkan hatiku lagi.

"Sialan!" Umpat Dita.

"Gila!" Nurina ikutan mengumpat.

Aku mengeluarkan air mataku, aku masih terpejam.

"Zahra? Kau menangis?" Nurina menghampiriku.

Mataku tetap terpejam, dan menggeleng pelan, tanda aku baik-baik saja. Padahal sangat tidak baik.

"Zahra, jangan seperti itu, aku tidak tega melihatmu yang biasanya ceria jadi seperti ini," Dita mengelus suraiku.

"Kau kan hanya sebentar disini, bagaimana kalau nanti sore kita ke Mall?" Usul Nurina.

"Tidak, aku ingin pulang saja," Aku mulai membuka mataku.

"Oh, ayolah," Nurina mengeluarkan jurus aegyonya dan mengedipkan matanya berkali-kali.

"Demi kalian," ucapku.

Lalu, Dita dan Nurina melakukan tos. Aku hanya tersenyum saja. Dasar.

"Aku minta maaf, karena tidak bisa menjelaskan kepadamu tentang apapun," ucap Jin oppa.

"Bukan salahmu, tidak perlu meminta maaf,"

•••

Beruntung, tidak ada Yoongi oppa. Jadi aku bisa bersama Dita dan keliatan tidak mengenaskan. Tapi sepertinya ini bukan keberuntungan. Yoongi oppa datang disaat yang tidak tepat.

Karena mereka melihatku sendirian. Jadi Nurina dan Dita memutuskan berada di sebelahku. Sepertinya kami akan menonton film. Aku mengikut saja. Padahal Jin oppa dan Yoongi oppa tidak akan mengerti bahasa yang digunakan dalam film. Tapi mereka bersemangat. Bucin memang seperti itu, mengikuti apapun yang dilakukan oleh pacarnya. Sedangkan aku? Ah sudahlah, aku ingin menonton film, bukan mengingat-ingat laki-laki yang sedang berkencan dengan Jisoo.

Film dimulai, aku fokus pada filmnya, dan berusaha tidak memikirkan Taehyung. Sampai akhirnya film selesai, hari sudah mulai gelap.

Kami makan di salah satu restaurant mall, dan aku sedang ingin memakan pizza.

Sangat membosankan. Aku ingin makan disuapi Taehyung, menonton film bersamanya, ditemani Taehyung dirumah sakit tadi. Bodoh! Berpikir apa aku ini.

•••

Spam comment yaa! Vote juga!!

•••

shaffiraazzhr

Endless Love || KTH  (END✅)Where stories live. Discover now