13. Temporary Farewell

361 26 0
                                    

Aku masih berada di Dotonbori bersama Taehyung, dengan posisi duduk di sebuah bangku dan aku bersandar di pundaknya. Ini sangat nyaman sekali. Aku ingin seperti ini terus.

"Terus bersamaku ya, jangan tinggalkan aku," Entah keberanian darimana aku mengatakan itu.

"Kita akan terus bersama," Mari kita kunci jawabannya. Jangan sampai menjadi bullshit belaka. "Aku tidak akan meninggalkanmu," Jika perkataannya adalah hanya palsu, aku akan mengutuknya.

Tangannya semakin erat untuk membawaku kedalam sandarannya.

"Besok, aku akan kembali ke Jakarta," Ucapku menatapnya.

"Apa? Kenapa tidak kembali ke Seoul?" Taehyung mengerenyitkan alisnya.

"Aku sudah lama tidak ke Jakarta, butikku disana tidak pernah kukunjungi,"

"Kau seorang designer?" Tanya Taehyung yang kubalas dengan anggukan. "Aku baru tau, jadi kalau kita menikah nanti tidak perlu repot-repot memesan busana,"

Aku menamparnya, tapi bukan menampar, hanya menengadahkan wajahnya ke samping.

"Padahal lusa aku ingin mengajakmu bertemu eomma dan appaku," Ucapnya sambil mendengus. Sepertinya Taehyung benar-benar serius dalam hubungan ini.

"Lain kali saja," Ucapku enteng.

"Tapi aku ingin ke Jakarta," Taehyung mengerucutkan bibirnya.

"Ayo, bersamaku,"

"Tidak bisa, aku baru libur minggu depan, itu saja hanya sepuluh hari," Taehyung sambil mengangkat kedua tangannya dan membentuk angka sepuluh.

"Kau bisa menggunakan waktu libur itu untuk ke Jakarta,"

"Sepertinya,"

Kami berbincang agak lama, sampai Jin oppa dan Nurina menghampiri kami.

"Zahra..," Nurina yang tangannya masih bergandengan dengan Jin oppa.

"Dita sendirian?" Tanyaku.

"Mungkin, tapi sepertinya dia keluar bersama Yoongi oppa," Nurina. Bukankah Dita selalu sebal saat bersama Yoongi oppa. Tapi Yoongi oppa itu biasnya Dita. Ah, sudahlah, mungkin Yoongi kesepian dan ingin mengajak Dita. Aku hanya mengangguk kepada Nurina.

•••

Aku berada di bandara saat ini. Aku akan kembali ke Jakarta. Hanya Nurina yang tidak ada disini. Nurina kembali ke Seoul bersama Jin oppa. Sebenarnya sih Jin oppa mengambil penerbangan bersama member BTS lainnya, menggunakan pesawat pribadi milik BigHit. Tetapi, karena Nurina merengek minta ditemani oleh Jin oppa, jadilah Jin oppa mengambil penerbangan sendiri bersama Nurina. Dasar manja.

Taehyung ada disebelahku, dia mengantarku ke bandara, padahal aku sudah menolaknya.

"Zahra.. aku tidak bisa seminggu tanpamu," Taehyung sambil memelukku.

"Video call, kan bisa?" Ucapku, padahal aku juga tidak bisa. Tapi, mau bagaimana lagi? Taehyung seorang Idol. Aku tidak bisa egois dan posesive.

"Aku tidak bisa memelukmu nanti," Taehyung melepaskan pelukan dan kedua tangannya beralih ke wajahku. "Ke Seoul saja ya, batalkan penerbangannya," Taehyung tidak rela.

"Tidak semudah itu, Taehyung," Taehyung kembali mendekapku, dan aku merasakan pundakku basah.

Dia menangis. Oh, benar-benar. Aku menghapus air matanya. "Sudah ya, banyak orang," Alibiku tidak memperbolehkan Taehyung menangis, padahal aku sendiri ingin menangis.

"Tidak peduli," Taehyung memelukku lagi.

"Zahra.. ayo!" Bunda sedikit berteriak.

"Oh, tidak-tidak!" Taehyung semakin mengeratkan pelukannya.

"Tae.." Ucapku, aku semakin tidak ingin meninggalkannya. "Aku harus--"

Taehyung menggigit bibir bawahnya dan melepaskan pelukannya, mungkin dia sudah berpikir agak dewasa. Aku tersenyum, dia juga tersenyum tipis. Dan Taehyung mengecup bibirku singkat. Astaga, first kiss ku.

Aku langsung pergi ke arah Bunda. Taehyung mencekal tanganku. "Jangan sampai kau tidak mengangkat video call dariku, atau tidak membalas pesanku!" Aku semakin tersenyum.

"Pasti!" Ucapku dan berlalu meninggalkannya.

Saat akan memasuki pesawat, aku berbalik badan dan melihat Taehyung. Dia tersenyum ke arahku, seperti senyum paksa. Aku melambaikan tangan, dia juga membalasnya, dan aku sekuat tenaga tidak memikirkan tangisannya tadi. Dengan segera aku masuk kedalam pesawat, duduk di sebelah Dita, dan menyeka air mataku.

"Kenapa?" Tanya Dita, seperti khawatir.

"Em.. tidak apa,"

"Bohong sekali," Dita yang selalu bisa membaca pikiran orang.

"Taehyung menangis, memintaku untuk ke Seoul saja,"

"Lalu, kenapa kau ikutan menangis juga?"

"Terbawa suasana, tangisannya menular," Ucapku seadanya.

"Sudahlah, berapa lama sih kalian tidak akan bertemu?"

"Satu minggu,"

"Lebay sekali, Idol bermata indah itu," Dita ceplas-ceplos.

"Mata indahnya hanya milikku," Ucapku ketus.

"Ya, aku tahu Noona Zahra,"

Aku tersenyum, padahal aku hanya bercanda pasal tadi.

"Bagaimana hubunganmu dengan Yoongi oppa?" Tanyaku.

"Hubungan apa? Tidak ada hubungan yang jelas diantara kami,"

"Sepertinya, Yoongi oppa menyukaimu," Ucapku sambil menaikkan alisku.

"Ish, dia seperti orang terkutuk yang tidak bisa bicara lebih dari satu kata,"

Aku tertawa, padahal saat membawakan rapp Yoongi oppa sangat banyak mengeluarkan kata-kata.

"Justru itu, luluhkan hatinya," Ucapku, hanya bercanda saja.

"Akan kucoba, tapi kapan?"

"Apa kau tidak menyimpan nomor teleponnya?" Dita menggelengkan kepalanya.

Aku menarik topi sweaternya itu kebawah, gemas sekali aku dengannya.

"Zahra, jail ih," Dita membenarkan tatanan rambutnya sambil mempoutkan bibirnya.

"Biarin, wle.." Aku sambil menjulurkan lidahku ke depan.

"Udah ih, makan itu cokelat matcha," Aku langsung memakan cokelat matcha, pemberian Taehyung. Dia memberiku lima batang cokelat matcha.

"Minta ya, satu batang saja,"

"Tidak, ambil saja waffle matcha di tasku, jangan yang dari Taehyung!"

"Yaudah,"

Aku memang tidak pernah membagikan pemberian Taehyung kepada siapapun. Biarlah aku sendiri saja yang menikmatinya. Pelit? Bodo amat.

shaffiraazzhr

Endless Love || KTH  (END✅)Where stories live. Discover now