Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

Bab 04: Indra Andaru

71.2K 8.1K 625
                                    

Aku menunggu Belinda di depan teras rumahnya, dia sedang bersiap-siap. Kedua tanganku masuk ke dalam saku celana bahan hitam yang aku kenakan. Tidak berapa lama terdengar suara langkah kaki mendekat.

"Sebentar Pak, saya kunci pintu," ujar Belinda.

Aku memperhatikan Belinda yang mengenakan baju dress panjang berwarna oranye dengan bagian atasnya yang cukup terbuka. Dia juga memegang hand bag yang berwarna senada. Aku berdeham pelan, kaget karena melihat Belinda yang bisa dibilang cantik.

"Pak?" Belinda menatapku sambil melambai di depan wajahku.

Sial! Aku ketahuan melamun, atau mungkin terkagum.

"Ayo," ajakku langsung.

Aku berjalan lebih dahulu menuju mobil, membiarkan Belinda mengikutiku. Sebenarnya sosok Belinda sudah lama aku tahu. Dia cukup terkenal di Mahesa Group, terkenal sebagai karyawan yang cukup teledor.

Belinda juga sempat menjadi sorotan Putra karena membantunya lamaran dahulu. Belinda membantu Putra menahan pintu lift dengan sangat baik. Hanya saja, aku tidak tahu nama dari perempuan ini, hanya tahu sosoknya saja.

"Pak, ini payungnya saya kembalikan," ucap Belinda yang ternyata memegang payung lipat abu-abu milikku. Dia meletakkan payung tersebut ke dalam laci dashboard mobil di depannya. "Sekali lagi terima kasih," ujarnya lagi.

"Sama-sama," sahutku seadanya.

Aku mencoba berkonsentrasi menyetir dengan baik, meski begitu aku sesekali melirik ke arah Belinda. Dia terlihat agak pendiam malam ini, tidak seperti kemarin yang sangat cerewet.

"Saya kira perempuan seperti kamu akan mengenakan dress blink-blink, atau yang terlihat lebih mewah gitu," komentarku.

Biasanya aku tidak begitu peduli dengan fashion seseorang. Tapi, entah kenapa aku ingin sekali mengomentari fashion Belinda. Bukan menghinanya, tapi hanya ingin memberikan pengertian bahwa baju yang dikenakannya cocok untuknya.

"Kenapa? Bapak malu ya?" tanyanya pelan.

Aku menatap Belinda saat mobil berhenti di lampu lalu lintas. "Bukan, hanya saja terlihat sederhana. Tapi, cocok padamu," jelasku.

Belinda melirik ke arah lain, dia tersenyum. Senang mendengar kalimatku yang memuji penampilannya.

"Bapak juga ganteng malam ini," gumam Belinda pelan yang dapat aku tangkap sekilas.

Selanjutnya, tidak ada pembicaraan lagi. Aku terlalu fokus menyetir, sedangkan Belinda memainkan ponselnya. Mungkin dia sedang mengabari teman-temannya bahwa dia berhasil pergi denganku ke acara Windi.

"Ada yang mau saya tanyakan sama Bapak." Belinda bersuara saat aku membelokkan mobil ke dalam kawasan hotel tempat acara berlangsung. Aku melirik Belinda, memberikan kode padanya bahwa dia bisa bertanya. "Sejak kapan Bapak tahu saya Belinda? Maksud saya, Bapak tidak kaget saat saya mengaku di toko kue," lanjut Belinda.

Aku memberhentikan mobil di depan lobi hotel. Turun diikuti Belinda dan menyerahkan kunci mobil pada petugas valet. Aku berhenti sejenak di depan pintu lobi hotel, membuat gerakan kode tangan untuk Belinda menggandengku.

"Bukannya kamu ingin pamer pada teman-temanmu?" tuturku yang langsung membuat Belinda tersadar.

Tangan Belinda mengait pada lenganku. Dia berjalan dengan tenang di sampingku. Namun, aku bisa mendengar dengan jelas dia berbisik, "Bapak belum menjawab pertanyaan saya."

Aku dan Belinda sama-sama melepaskan kaitan tangan, mengisi buku tamu dengan ringkas. Tanganku mencemplungkan sebuah amplop ke dalam kotak, begitu pula dengan Belinda.

Hello BelindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang