Wattpad Original
Te quedan 6 partes más de forma gratuita

Bab 01: Belinda Qanita

92.8K 8.5K 689
                                    

Aku masih merasa tidak percaya dengan chat yang aku terima saat makan siang tadi. Bahkan pikiranku terganggu, padahal aku harus menemani Ibu Rosaline rapat dengan para top management. Kami akan membahas mengenai kenaikan insentif karyawan pada awal bulan depan karena sedang peak season.

"Semua bahan sudah semua kan Bel?" tanya Ibu Rosaline sambil membuka pintu ruang rapat.

"Sudah Bu," sahutku sambil menahan pintu ruang rapat setelah Ibu Rosaline lewat. Aku membenarkan posisi laptop yang ada di dalam pelukanku agar tidak terjatuh.

Bersama Ibu Rosaline, aku memilih duduk di sebelah beliau. Belum ada para top management yang hadir. Baru ada asisten CEO yang sedang memerintahkan sesuatu ke salah satu sekretaris CEO. Ini baru pertama kalinya aku ikut rapat seperti ini, biasanya Windi yang menemani Ibu Rosaline.

"Kamu persiapkan sana!" perintah Ibu Rosaline sambil memberikan lirikan mata pada mimbar di depan.

Aku mengangguk dan membawa laptop ke meja di depan. Memasang perlengkapan infocus dna mengecek battery laptop yang tinggal setengah. Mataku sedikit melirik ke arah Indra saat tanganku bergerak memasukkan flashdisk ke laptop.

Tiba-tiba Indra berbalik, aku gelagapan dan langsung melihat ke arah laptop. Jantungku berdetak lebih cepat, wajahku memanas. Aku malu karena sudah ketahuan memperhatikan Indra seperti itu.

"Mati gue," gumamku saat melihat tidak ada file yang dibutuhkan. Di dalam flashdisk justru terdapat file lain yang seharusnya tidak berada di sana.

"Ada apa Belinda?" Ibu Rosaline menghampiriku.

Aku menatap Ibu Rosaline sedikit panik, terlebih lagi beberapa top management mulai memasuki ruang rapat. Dari dinding kaca ruang rapat aku dapat melihat sosok Putra Mahesa berjalan menuju kemari.

"Bu ... " aku melirik ke segala arah karena panik. "Saya salah copy file," cicitku kemudian.

Ibu Rosaline melotot padaku, beliau terlihat siap meledak saat ini juga. Aku langsung menunduk takut. "Saya akan minta tolong Afnes untuk mengirimkan ke e-mail, Bu," tuturku cepat.

"Ya sudah! Cepat sana!" Nada bicara Ibu Rosaline sedikit kasar.

Aku langsung keluar dari ruang rapat, berpapasan dengan Putra Mahesa. Di dekat pintu ada Indra yang sudah menunggu. Menyelinap di antara sekretaris dan asisten CEO, aku berhasil keluar.

Tanganku cepat mencari nama Afnes di dalam phonebook. Aku menggigit bibir gelisah karena sepertinya rapat akan segera dimulai.

"Nes! Tolong lo buka komputer gue, itu ada file yang soal hitungan insentif. Kirim ke gue ya, ke e-mail sekarang," cerocosku langsung.

"Lah, bukannya tadi udah lo copy ke flashdisk?" tanya Afnes heran.

"Salah copy file gue," sahutku dengan suara yang dipelankan. "Tolong ya Nes," lanjutku kemudian.

"Oke."

"Thank you."

∞∞∞

Aku merasa sangat bersyukur karena rapat berjalan dengan lancar. Untunglah tadi Indra menyampaikan beberapa laporan mengenai kinerja karyawan di lapangan kepada top management. Ternyata Indra juga sering menjadi mata-mata untuk Putra Mahesa. Ngeri sekali bekerja sebagai asisten Putra Mahesa, ternyata.

"Belinda," panggil Ibu Rosaline saat aku sedang membereskan laptop dan beberapa berkas catatan. "Kenapa kamu ini teledor sekali?" dumel Ibu Rosaline. Omelan panjang tidak berujung akan dimulai sejak saat ini.

Hello BelindaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora