6 - How to Be a Good Public Figure?

Start from the beginning
                                    

"Karena diskusi kita udah beres, gue sama Trini harus cabut duluan. Gue masih ada tanggungan kerjaan yang harus gue selesaikan."

Trini mengangguk setuju. Ia membereskan kertas-kertas dan bukunya, kemudian memasukkannya ke dalam folder khusus yang ada di tasnya.

"Terima kasih atas waktunya. Next time akan saya jadwalkan waktu yang lebih proper."

Sam mengangguk menanggapi Evelyn.

"Kalo bukan karena Bos Kecil, kayaknya gue nggak akan mau diajak meeting dadakan kayak jual tahu. At least lemme know a week before the meeting, ya, Princess?"

Evelyn tergelak mendengar Sam memanggilnya dengan sebutan 'Princess'. "No! Jangan panggil saya dengan panggilan itu, please."

"Seluruh netizen di Indonesia Raya Merdeka ini panggil elo Princess, jadi kenapa gue nggak boleh?" tanya Sam tak terima sambil menaikkan alisnya.

Lagi-lagi Evelyn hanya tertawa, kemudian menggeleng. "Panggil Ev aja, oke?" pinta Evelyn sambil mengulurkan tangan. Setelah beberapa saat Sam hanya mengedikkan bahunya dan menerima uluran tangan Evelyn. "It's such a pleasure to meet you both."

"Thanks untuk kerjasamanya," balas Sam.

Trini juga menyalaminya, kemudian mengikuti Sam keluar ruangan dengan menjinjing tas kerja di tangan kiri. Ia mengangguk untuk benar-benar pamit sebelum keluar.

Evelyn kembali duduk di kursinya, menyeruput macchiato-nya yang tinggal seperempat, rasa manisnya hampir hilang karena esnya mencair.

"Kabarin aja hari Sabtu, jam berapa dan di mana," ucap Wira sambil membereskan gelas-gelas bekas kopi di meja, membuat Evelyn hampir tersedak karenanya.

"Kamu mau ikut lagi?"

"Kamu bisa aja miss out the details. So, yes, I'm gonna go with you."

Evelyn rasanya tak bisa mengelak karena yang dikatakan Wira memang benar adanya. Tadi ia juga memberikan sedikit input, tapi krusial. Sial. Evelyn pun menyerah dan tidak mengatakan apa-apa selain mengangguk.

"Kenapa sih kamu dipanggil Bos Kecil?"

Wira melirik Evelyn sebelum menjawab, "Karena saya sering manggil Papa saya dengan panggilan 'Bos Besar' dan panggil kakak saya dengan panggilan 'anaknya Bos Besar'. Jadinya mereka panggil saya 'Bos Kecil'."

"Kamu punya kakak?"

Wira mengangguk, kemudian menghempaskan dirinya ke kursi setelah gelas-gelas kopi itu selesai ditumpuk.

"Laki-laki, udah punya keluarga kecil dan itu yang bikin Mama saya makin ngejar-ngejar saya untuk bisa nikah secepatnya kalo kamu pengen tau."

"Saya pikir kamu anak tunggal."

"Kapan-kapan kamu bisa ketemu kalau mau kenalan."

"Siapa bilang saya mau kenalan?" tanya Evelyn sambil menaikkan salah satu alisnya. "Semakin sedikit yang tau tentang kita, semakin baik. Saya nggak mau nantinya malah ada emotional attachment kalau saya ketemu."

"But they already know about us, so nggak ada penambahan jumlah orang yang tau. Tapi, kalo itu yang kamu mau, saya nggak akan memaksa. Lagian kalo kamu mau kenalan, kakak ipar saya punya semacam kedai healthy food, siapa tau kamu tertarik buat program diet kamu."

Tiba-tiba saja pintu ruangan diketuk, membuat Evelyn dan Wira menoleh bersamaan. Seorang wanita melongokkan kepalanya dari balik pintu.

"Maaf mengganggu, Mas. Ada telepon dari Mas Rizal, katanya penting."

How To End Our MarriageWhere stories live. Discover now