20. Didukung

220 26 2
                                    

Seminggu sudah saya jalani di Jakarta dengan kegiatan latihan bersama TIMNAS. Hari ini jadwalnya pertandingan melawan UEA, pertandingan resmi perdana saya membela negara, saya sudah menyiapkan diri sebaik mungkin untuk pertandingan ini dan semoga hasilnya nanti sesuai apa yang kami mau.

Beberapa hari lalu saya sudah sempat mengirim dua tiket kepada Papah dan berharap Papah bisa memunjuk Bia untuk langsung menyaksikan saya di stadion.

Entah ini karma atau apa, dulu Bia selalu ingin mendukung saya langsung namun saya selalu larang, kini giliran saya yang ingin ia ada mendukung saya langsung namun ia terlanjur marah pada diri saya hingga kedatangannya masih di tingkat kemustahilan.

Kini sudah saatnya kami berkumpul di lobby hotel sebelum kami berangkat menuju stadion. Terlihat lobby hotel penuh dengan beberapa keluarga dari para pemain juga para awak media, meski banyaknya orang tak terlihat keberadaan Papah juga Bia. Papah juga memang belum menginfokan pada saya akan datang ke Jakarta hari ini, mungkin Bia masih sulit memaafkan saya atau mungkin karena ada urusan lain di Bandung, biarlah mungkin lain kali Bia bersama Papah bisa menonton laga saya entah itu bersama Tim domestik maupun Tim nasional.

Hanif yang selalu sekamar bersama saya selama TC terlihat sumbringah, dia menghampiri Ibunya yang ada di salah satu kerumunan keluarga pemain. Bahagia rasanya melihat itu, iri juga ada tak kala teringat ibu yang sudah berada di surga dan tak pernah bisa merasa bangga melihat langsung anaknya bertanding untuk negara.

Namun sudahlah, sekarang saya masih punya alasan lain yang harus dibuat bangga. Selain Bia kini Papah juga masuk daftar orang yang harus saya buat bangga, terlebih pada negara yang sudah percaya memilih saya sebagai salah satu anak bangsa yang akan berjuang demi lambang garuda di dada.

"Ayo kumpul dulu!"panggil salah satu asisten pelatih.

Kamipun membuat lingkaran kecil untuk berkumpul. Hansamu yang berstatus kapten di Tim ini memimpin doa sebelum kami pergi menuju stadion "Berdoa menurut kepercayaan masing-masing dimulai."ucap Hansamu.
Semua berdoa khusus, meminta pada sang pencipta agar diberikan hasil terbaik di pertandingan ini.

"Berdoa selesai."

Kini semua pemain mengarahkan salah satu tangannya ke tengah, "INDONESIA!"teriak Papi yang tak lain adah dokter Tim.

"JUARA!"teriak semua.

Kamipun mulai berjalan ke dalam bus yang sudah terparkir di luar lobby, para fans yang sejak tadi menunggu di luar langsung berhamburan meminta foto kepada kami. Setelah bergabung dengan Tim profesional, saya mulai terbiasa dengan ajakan foto dari para fans selama itu dalam kondisi yang wajar. Saya selalu berusaha untuk memenuhi keinginan foto mereka karena tanpa para fans atau supporter saya bukan apa-apa. Meskipun perasaan saya sedang tak enak seperti sekarang, saya harus terpaksa tersenyum saat kamera mereka mengarah kepada saya. Resiko ketika menjadi dikenal adalah kita harus selalu terlihat baik baik saja meski sebenarnya suasana hati sedang pelik-peliknya.

Setelah masuk kedalam Bus, saya duduk di samping Hanif dan saya memilih duduk di sebelah jendela meskipun saya sedikit punya trauma akibat insiden pelemparan bus bersama Tim saya dulu. Tapi entah kenapa sekarang saya ingin duduk di sini, memandang jalananan Jakarta yang mulai ramai dipadati supporter Indonesia.

"Feb, lo kok dari tadi kayak cemberut gitu. Kenapa sih?"

Saya menggeleng sambil memberi senyum, agar menunjukan bahwa saya tidak apa-apa walaupun sebenarnya saya masih mengkhawatirkan hadirnya Bia dan Papah.

"Adik lo enggak jadi ke sini?"

Saya mengangkat kedua bahu saya,

"Emang kalau ke sini dia sama siapa?"tanya Hanif.

Menjaga Jantung HatiWhere stories live. Discover now