Billa masih sesekali melemparkan pandangan ke arahku dari sudut kelas. Beberapa hari belakangan aku menyuruhnya menjauh juga, untuk menjernihkan pikiran sekaligus menata kembali perasaanku yang tercabik. Namun ia bukanlah perempuan yang mudah dipengaruhi. Bahkan mungkin pengaruhnya padaku masih terlalu besar, hingga kadang aku membiarkannya berada di sekitar jarak pandang. Selepas kuliah, buru-buru kukemasi barangku dan menyeberang ke pelataran parkir. Seminggu tidak bertemu Amira membuat rinduku menggelegak.
Mungkin melihat dari jauh saja sudah cukup untuk menawar rindu, hibur kata hatiku. Dan aku dengan takzim mematuhi segala keinginan bawah sadar itu untuk mengendara ke kampus Amira. Dari kejauhan aku melihatnya.
Jantungku yang semula berletupan liar kini seolah berhenti memompa. Amira sedang tertawa dan bercanda dengan beberapa temannya yang cukup ku kenal, sebelum sebuah mobil berhenti di hadapan mereka. Mobil yang jauh lebih bagus dari milikku dengan pengendara yang jauh lebih tampan pula. Amira melempar senyum terbaiknya, mereka saling mencium pipi, lalu mengendara bersama.
Meninggalkan teman-temannya yang berseru heboh melihat pasangan baru tersebut.
Meninggalkan hatiku yang sekali lagi hancur berkeping.
YOU ARE READING
Puzzle Piece √
RomantikaKatanya, ada satu potongan puzzle dalam diri setiap orang, yang menunggu dipertemukan dengan belahan lain agar membentuk satu gambar utuh. Repost cerita lama kumpulan flash fiksi © 2014 Anthea Gillian All rights reserved.