Secret

4.6K 488 3
                                    

Dalam perjalanan menuju rumahnya, Billa lebih banyak diam. Dia hanya menjawab 'iya', 'tidak', atau 'nanti aja' setiap kali kutanya. Aku tidak ingin memaksa, tapi mendiamkan hal semacam ini berlarut-larut kurasa bukan hal yang baik pula. Namun selama lima belas menit memilah-milah kosakata, tidak kunjung juga kutemukan kalimat yang tepat. 

"Kamu mungkin ingin tahu, mengapa aku tiba-tiba datang dan masuk terlalu jauh dalam kehidupanmu," desis Billa, lebih pada dirinya sendiri. "Hidupku rumit, Dimas. Semestinya aku tidak pernah datang, sehingga aku tidak perlu menjelaskan kerumitan itu."

Lampu merah yang cukup panjang membuatku mengalihkan pandangan sejenak ke arah gadis ini. "Aku akan mendengarkan apapun yang mau kamu katakan."

"Tanpa penghakiman?"

Aku mengangguk. Billa mengembuskan napas panjang beberapa kali sebelum memulai bercerita. Namun hingga lampu jalanan bergulir hijau, tidak satu pun kata yang terucap dari bibirnya. Mungkin memang sebuah pengakuan rahasia begitu sulit diucapkan. Atau aku mungkin berharap terlalu banyak dari gadis pendiam ini untuk benar-benar bicara. 

Di salah satu pertigaan jalan, Billa akhirnya membuka suara, "Jika harus memilih, akankah kamu terus melaju lurus menuju masa depan, atau berbelok untuk mencari jalan berputar sebelum mencapai tujuan?"

Aku mendecak kecewa. Bukannya pernyataan, aku malah mendapat pertanyaan. Kuputar kemudi ke arah kiri, "Kita tidak tahu apa yang akan menghadang di depan. Jika berputar adalah penyelesaian terbaik, maka aku akan memilih itu."

Billa tersenyum sangat lebar. Membuat wajahnya yang senantiasa muram kini berpendar indah. "Karena di depan itu rumahku, tapi aku membawamu berputar karena aku tidak sanggup menghadapi orang tua yang gemar menyiksa satu sama lain."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Puzzle Piece √Where stories live. Discover now