Second Option

4K 440 8
                                    

Laki-laki harus tegas, begitu kakak perempuanku selalu berpesan. Tapi dalam keadaan seperti ini aku tidak bisa memilih.

Dimas, nanti sore bisa jemput aku nggak?

Pesan Amira baru saja kubaca setelah kuliah berakhir. Di sisiku Billa berjalan rapat. Aku tidak tahu apakah ia ada kuliah atau tidak. Sejak ciuman kami di mobilku beberapa hari lalu hingga sekarang, dia selalu mengikuti ke mana pun aku pergi.  Kecuali, mungkin ke toilet pria. Billa membaca wajahku, ia tersenyum sangat indah.

"Kamu mau pergi?" 

Kutatap wajahnya lekat, "Sudah dua hari aku nggak ketemu Amira." Rasanya ingin kubenturkan kepala ke pilar. Seharusnya aku mengatakan hal-hal yang lebih tegas ketimbang kalimat mengambang seperti itu. Billa tersenyum menang.

"Kamu lebih suka aku daripada Amira," tudingnya. Aku membelalak tidak percaya.

"Aku cuma nggak bisa ketemu dia karena ada kamu terus." Pernyataan ini tidak sepenuhnya salah. Aku hanya tidak bisa menyingkirkan Nabilla tanpa melukai perasaannya. 

Ia genggam tanganku erat, "I might be your second option, but I want to be your priority."

Kata-katanya membekas di ingatanku. Kesadaran itu membuatku mengetikkan balasan untuk Amira.

Sori, hari ini ada tugas mendadak yang harus dikumpulkan besok. Can we just meet on Saturday night? I want to spend quality time with u. :)

 :)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Puzzle Piece √Where stories live. Discover now