Lupa

5.1K 540 3
                                    

Aku tidak ingat jika Billa berjanji untuk menunggu. Saat ini waktu menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Aku bahkan sudah tertidur pulas setelah mengantar Amira pulang, jika saja aku tidak tiba-tiba terbangun dari tidur dan teringat tentang Billa. Cepat-cepat kuambil kunci mobil lalu mengendara menuju tempat terakhir kali aku meninggalkan Billa.

Kafe itu sudah tutup, tentu saja. Tapi sosok Billa terlihat meringkuk di pintu depan. Tubuhnya gemetar, entah menahan dingin-tidak biasanya cuaca malam ini begitu dingin, pada musim pancaroba-atau takut. Perempuan gila mana yang tidak merasa takut bila selarut ini masih berada di luar rumah demi menunggu seseorang yang belum pasti akan datang. Tapi aku datang, meski sangat terlambat.

"Kenapa masih di sini?" tanyaku, lebih pada ketiadaan kata-kata lain yang bisa kuucapkan padanya. Ia angkat kepalanya, pandangan kami berserobok.

"Aku sudah bilang akan menunggu," jawabnya lemah. Kuputuskan untuk duduk di hadapan Billa, menyejajarkan mata.

"Kamu nekat sekali," gerutuku. "Kalau kamu sakit, gimana? Kalau kamu diculik preman, gimana? Kalau kamu dirampok gimana?"

Namun yang terulas dari wajahnya malah seutas senyum. "Aku tahu kamu akan datang, jadi nggak ada yang perlu aku khawatirkan."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Puzzle Piece √Where stories live. Discover now