BAB 3 : TEMARAM

Mulai dari awal
                                    

"Tapi itu bukan tugas Lokapala, Pratu Andi, dan tolong deh, kemampuanmu yang itu juga kan yang buat kamu terpaksa bergabung dengan kami?"

Andi hanya menunduk malu, kalau dipikir-pikir dia jadi terseret-seret urusan begini kan juga gara-gara dia terlalu berani menjebol sistem keamanan berbagai pihak.

"Karena kamu belum baca panduan dasar tim kita, maka aku akan jelaskan secara singkat ya. Tim kita ini harus punya batas kemampuan minimal soal bertahan hidup, kemampuan menembak, daya tahan fisik, dan kemampuan tempur. Nilai minimalnya 71. Kalau ada anggota yang nilainya kurang dari itu maka seluruh tim harus ikut bertanggungjawab memastikan anggota itu bisa mencapai nilai 71 jika tidak ... maka ... seluruh anggota harus dihukum."

Kopi tadi sepertinya sudah mulai menunjukkan reaksinya, terbukti otak Andi sudah bertransisi dari mode bego ke mode normal sehingga dengan cepat ia menangkap apa maksud Panji itu, "Jadi Sersan Mayor, kita semua di sini karena kena hukuman?"

Panji mengangguk.

"Karena saya?"

Panji kembali membalas dengan anggukan, "Satu yang salah, semua menanggung. Tidak ada individualisme dalam Lokapala, Pratu Andi. Dan tugas saya sebagai komandan adalah membawa kalian semua keluar dari hutan ini dalam waktu maksimal 7 hari tanpa ada yang tertinggal seorang pun."

"Apa yang akan Sersan Mayor alami jika ada yang tertinggal?"

"Hukuman yang buruk," sahut Panji sembari menggigit biskuit keras sisa ransumnya tadi, "Tapi jika nanti harus ada yang kita tinggalkan, pastikan yang tertinggal itu saya."

"Kenapa begitu?"

"Karena jika saya yang tertinggal maka yang kena hukuman hanya saya seorang tapi jika yang lain yang tertinggal maka semua kena hukumannya."

Andi baru saja hendak menanyakan hukuman macam apa nanti yang bakal menanti mereka, tapi sejenak kemudian Panji tampak meletakkan telunjuk kirinya di bibir, menyuruh Andi untuk diam.

"Ada apa Sersan Mayor?" bisik Andi.

"Ada orang lain di sekitar kita!"

Detik berikutnya tiba-tiba ember air yang mereka gunakan menampung air bersih tiba-tiba pecah berantakan.

"Merunduk!" seru Panji, "Lalu bangunkan yang lain!"

"Ada apa ini Sersan Mayor?"

"Serangan! Kita diserang!"

Andi langsung merangkak menuju ke gubuk kayu sementara Panji langsung dengan sigap mengambil ember air yang tersisa dan memadamkan api unggun mereka.

"Teman-teman!" Andi tampak menggugah semua rekannya supaya bangun, "Bangun! Kita diserang!"

Yang pertama kali bangun dan tersadar membuat Andi kaget karena ternyata Sitanggang yang bangun terlebih dahulu baru kemudian disusul Regina, Nara dan Ignas.

"Lekas kemasi barang-barang kita dan tinggalkan pos ini!" ujar Regina setengah berbisik.

Empat Lokapala itu segera beranjak dalam kegelapan dan mengemasi kantong tidur mereka untuk dimasukkan ke dalam ransel, tapi Andi yang tidak terbiasa berjalan dalam gelap tampak kikuk dan harus meraba-raba untuk mencari ranselnya. Ketika akhirnya ia mendapati ranselnya, tahu-tahu saja ia sudah ditarik oleh Regina keluar dari gubuk meski ada barang yang belum sempat ia ambil.

"Tunggu Sersan! Ada yang ketinggalan!"

"Lupakan!" begitu jawab Regina sembari menarik kerah baju Andi dengan entengnya.

"Ayo! Ayo!" Panji terpaksa mengeraskan suaranya karena ngeri melihat Andi dan Regina masih saja belum keluar dari gubuk.

"Merunduk!" Sitanggang yang melihat ada bola api yang mengarah ke kamp mereka langsung berseru memperingatkan rekan-rekannya. Regina langsung bereaksi dengan melempar Andi ke tengah kamp lalu menjatuhkan dirinya sendiri ke tanah. Rekan-rekannya melakukan hal serupa.

Lokapala Season 2 : Pahom NarendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang