Pulang.2

33 1 0
                                    

"Iya Ibu, Leo pulang dulu." Ibu tersenyum dan langkah kami meninggalkannya sendirian di sana.

Kami sampai di tempat parkir mobil, "Le, kita mampir warung makan dulu ya. Aku lapar." Radit menyalakan mesin mobil saat kami berdua sudah masuk, melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Kukira dia akan mampir ke warung makan langganan, tapi arah mobil malah sebaliknya dan menuju ke rumah kami.

"Kamu tidak jadi lapar?" entah mataku yang salah atau bagaimana, tapi sekarang kulihat wajah Radit yang tertekuk. Diapun tidak menjawab pertanyaanku, hanya diam dan terus menyetir. Aku ikut diam, memperhatikan pepohonan di bahu jalan. Di sini tidak terlalu panas tapi juga tidak sangat dingin. Tanahnya subur di beberapa daerah tertentu, salah satunya adalah desaku yang dimanfaatkan keluarga Radit untuk berbisnis.

Mobil membelok pelan ke arah yang sedikit asing bagiku, tapi aku memang pernah beberapa kali ke sini. Di sini tempat pemakaman umum, ternyata ini yang membuat Radit menekuk wajahnya. Aku ikut turun saat ia berjalan tanpa bicara padaku sepatah katapun. Aku tahu, dia ingin berkunjung ke makam adiknya yang meninggal tiga tahun lalu.

Rasanya lebih dingin dan mencekam, bau wangi bunga kamboja yang sedang mekar menambah kesan sunyi di atas peristirahatan ratusan orang di tanah ini. Kawasan makam ini cukup luas karena tempatnya digunakan oleh beberapa desa dalam satu kawasan. Aku melangkah dengan hati-hati, sedikit takut jika mereka yang tengah tidur terbangun karena langkahku yang berisik. Tapi itu tidak mungkin, hingga kini kami sampai di depan nisan seseorang. Radit berpindah tempat ke samping lalu berjongkok dan lagi-lagi aku mengikuti gerakannya.

Matahari baru saja muncul dari ufuk timur bersamaan dengan remaja laki-laki yang menggeliat di tempat tidur karena cahaya matahari pagi berhasil mengganggu tidurnya yang lelap.

"Leo, bangun nak! Sudah jam tujuh lebih, kamu ada ujian sekolah 'kan hari ini," ucap lembut seorang wanita anggun bernama Mala. Si anak berguling ke kanan lalu ke kiri hendak mencari kenyamanan untuk melanjutkan tidur, tapi matanya terbuka menampakkan iris cokelat terang yang sayu.

Leo bangun dari posisi tidur dengan menyibakkan selimut . Diliriknya jam dinding yang masih menunjukkan pukul enam tiga puluh. Leo membanting tubuhnya lagi ke kasur empuknya berniat untuk kembali tidur karena hari masih sangat pagi.

"Heh, ayo bangun kamu telat loh. LEO! BANGUN! KALAU KAMU TIDAK BANGUN SEKARANG DAN KEMBALI TIDUR IBU TIDAK AKAN MEMBANGUNKAN LAGI! Biar saja telat di hari pertama ujian!" ibu satu anak itu berteriak melihat anaknya kembali tidur dan mendengkur. Leo gelagapan, padahal tadi kesadarannya sudah hampir hilang. Ia terduduk dengan mata yang masih memejam.

"Bu, sarapan apa hari ini?" walaupun matanya belum terbuka sempurna, Leo beranjak dari tempat tidur lalu berdiri di depan jendela dan diam di sana. Mala bergegas membereskan tempat tidur anaknya dan menata beberapa buku serta alat tulis yang tergeletak di sana. Sedangkan Leo sedang melakukan peregangan setelah menghirup udara pagi hari yang segar. Sudah menjadi kebiasaannya meluangkan waktu untuk sekedar menarik tangannya ke belakang kepala hingga berdiri dengan satu kaki yang diangkat dengan hitungan dua kali delapan.

"Nasi goreng dengan telur mata sapi," si ibu sudah selesai dengan kegiatannya begitupun Leo. "Tambahkan sosis, wortel, ya Bu jangan pakai hijau-hijau," hijau-hijau yang dimaksud adalah sayuran. Ibunya suka menambahkan berbagai macam sayur ke dalam nasi goreng, entah itu tauge atau sayur hijau. Leo sangat tidak suka dengan sayur, katanya sayur akan menghilangkan rasa makanan yang seharusnya sangat lezat menjadi lezat saja.

"Iya, kamu cepat mandi. Bajunya sudah ibu siapkan di lemari, nanti kalau sudah langsung turun dan makan lalu berangkat ke sekolah. Jangan sampai telat!" Mala bertitah panjang sembari keluar dari kamar. "Bu, minumnya kopi, ya!" Leo sedikit berteriak, takut-takut ibunya tidak kedengaran. Namun tidak ada jawaban, Leo memutuskan untuk segera mandi dan bersiap.

D' Eccentric Destiny (Pura-pura Bukan Manusia)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें