Internal.1

38 1 0
                                    

Pukul tiga dini hari aku terbangun dengan kepala yang sangat pusing dan perut keroncongan. Ini akibat aku yang tidur mulai sore, alhasil sepagi ini sudah terbangun dan kelaparan. Rasanya malas sekali untuk beranjak dari tempat tidur, aku kembali memejamkan mata. Kepalaku mengingat kira-kira makanan apa yang ada di lemari es, mungkin ada biskuit lapis cokelat. Perut berhasil memerintahku untuk berjalan ke lemari es, aku mengambil sebungkus biskuit dan satu botol air mineral lalu segera kembali ke kamar.

Ini benar-benar pukul tiga dan nanti aku harus berangkat pagi karena kelas pagi dimulai pukul tujuh, setidaknya saat jarum menunjuk enam dan dua belas aku harus sudah siap. Kantukku berangsur menghilang, pikiranku tiba-tiba kembali ke kejadian kemarin sore. Aku belum melihat Kyra sejak saat itu. Mataku secara sadar melihat sekeliling berharap menemukan Kyra di sudut ruangan, tapi tidak ada siapapun di kamar selain aku.

Pada akhirnya mataku tetap terbuka sampai pukul lima lebih, sudah mencoba untuk menutup mata tapi kesadaranku tak kunjung hilang. Aku menyiapkan sarapan hari ini, menyeduh oat dan segelas susu cokelat kemudian meletakkannya di atas meja kerja –belajar-. Lalu mandi menggunakan air hangat dan meletakkan semua baju kotor ke dalam mesin cuci. Membiarkan mereka di dalam sana lebih dulu, nanti kalau sempat akan kucuci.

Aku merampungkan semua persiapanku tepat pukul enam lebih lima menit termasuk dengan makan dan mencuci perkakas makan. Keberangkatanku hari ini ditemani motor karena untuk mencari Kyra nanti aku belum tahu akan mengendarai apa. Hati kecilku berharap semoga kuliahku hari ini tidak ada kuis dadakan.

Seperti biasa, mata kuliahku selalu bersama Radit, tidak ada satupun yang tidak bersama Radit. Syukurlah hari ini aman-aman saja, tidak ada kuis dadakan dan hanya pengumpulan tugas kerja. Selebihnya aku belajar banyak hari ini, beberapa teori dan pengetahuan yang sebelumnya aku tidak tahu.

Di sinilah aku dan Radit sekarang, di kantin fakultas sesuai janji kami kemarin dengan Naomi. Sudah pukul dua lebih tapi tidak ada tanda-tanda empat sekawan itu muncul. "Jangan tarik-tarik! Aku bisa jalan sendiri, Dara!" aku menoleh ke sumber suara. Mereka benar-benar datang, tapi dengan Zoey yang ditarik paksa oleh Dara dan Naomi juga Adam di belakangnya.

Keempat orang itu sampai di depan kami, kemudian duduk tanpa di suruh. Tangan Dara masih mencekal tangan Zoey. Suasana kantin yang sepi tidak menjadi masalah bagi Dara yang memperlakukan Zoey seperti tahanan. "Bagaimana kita mulai mencari?"

Adam membuka pembicaraan, sedangkan yang lain menyimak. "Bagaimana jika membagi jadi tiga kelompok? yang pasti aku dengan Leo. Nanti kita cari di lokasi yang sudah di tentukan, untuk hari ini mungkin hanya bisa mencari di rumah sakit," Adam dan Naomi mengangguk.

"Baiklah, biar aku saja yang bersama Zoey, Naomi dengan Adam, Kak Radit dengan Kak Leo," Dara memutuskan sepihak, -lagi- Adam dan Naomi mengangguk. Zoey sudah terlihat pasrah dan akhirnya iku duduk, lengkaplah posisi duduk kami.

"Dimana harus mencari?" tanya Naomi akhirnya.

"Sebaiknya untuk sementara kita mencari ke arah rumah sakit Pusat, Barat, dan Selatan. Kalau saja memang belum ada petunjuk, besok kita lanjutkan ke yang lain. Biar kami ke arah selatan,"

"Aku akan berputar di area pusat," Adam memandang semuanya.

"Baiklah, aku ke barat," ucap Dara akhirnya.

Dari kejauhan aku melihat Kyra, matanya lurus ke arah kami. Tanpa berniat untuk mendekat, dia tetap di pojokan kantin.

"Nanti, selesai atau tidak, jika sudah terlalu lelah kembalilah ke rumahku dulu. Tetap saling terhubung, jika menemukan petunjuk segera hubungi yang lain," Radit mengatur semua dengan tenang.

Semua mengangguk setuju tak terkecuali Zoey. "Tunggu, aku minta kontak kalian untuk berkabar," ucapku sebelum semuanya bubar.

Naomi seakan tersadar sesuatu, jari lentiknya ia jentikkan, "Kak Leo dan Kak Radit gabung dengan grup chat kami saja, lebih mudah. Semuanya dapat informasi, bagaimana?" Aku melirik Radit kemudian pandanganku meluas ke semua meminta izin. Mereka satu persatu mengangguk menyetujui.

D' Eccentric Destiny (Pura-pura Bukan Manusia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang