FIVE

17 2 0
                                    

Malam minggu, hari yang biasa ditunggu-tunggu oleh semua orang, terutama para remaja. Dimana hari ini para remaja tidak harus bete karena tidak ada bangun pagi untuk sekolah dan juga tidak ada tugas. Biasanya para remaja akan memanfaatkan hari ini untuk pergi bersenang-senang bersama teman, shopping dan lain sebagainya.

Tetapi tidak untuk Viola.

Ketika jam menunjukkan pukul 5 pagi, alarm ponselnya berdering kencang, membuatnya sedikit mengerang karena kesal. Ia lalu perlahan meraba ke atas meja kecilnya dan mendapatkan ponselnya, lalu ia mematikan alarmnya.

Ingin rasanya ia kembali tidur, namun ia bangkit dari tidurnya setelah alarm dimatikan 5 menit yang lalu. Masih duduk di atas kasurnya, ia mengumpulkan kesadarannya satu persatu. Setelah lumayan sadar, ia bergegas mandi.

Setelah kelar mandi, ia berjalan ke lemari pakaiannya dan mengambil pakaian kerjanya dan memakainya. Ia lalu duduk di depan meja riasnya dan memakai makeup senatural mungkin.

"Sempurna", ucapnya pada dirinya sendiri.

Setelah yakin dengan semua barang bawaannya, ia berjalan turun ke dapur dan menemukan Devina yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.

"Pagi ma", ucap Viola dengan riang.

"Pagi sayang, duduk dulu, bentar lagi selesai", ucap Devina.

Viola menarik kursi meja makan dan duduk sambil melihat ponselnya. Kemarin, setelah Orion mengikutinya di akun sosmednya, jantung Viola seakan ingin keluar dari tubuhnya. Ditambah suhu tubuhnya berulah membuatnya kesulitan untuk tidur. Berulang kali ia terus menguap.

"Semalam tidurnya gak nyenyak ya?", tanya Devina yang menaruh sepiring spaghetti di depan Viola.

"Engga kok ma", Viola berbohong, ia tidak ingin Devina mengkhawatirkannya.

"Harusnya kamu tidak perlu bekerja, mama masih sanggup membiayaimu, kamu jadi cape begini, malah tambah kurus lagi", ucap Devina dengan nada khawatir.

"Tidak apa-apa ma, lagian aku part-time juga ga ganggu kuliah sama tugas aku, dan tenang, aku cukup tidur dan tidak kecapean kok ma, jadi mama gausa khawatir ya", ucap Viola yang kini memegang tangan Mamanya itu.

"Tapi kalau kamu ga sanggup, kamu berhenti ya, mama tidak ingin kamu kenapa-napa", ucap Devina yang menatap Viola dengan tatapan khawatir sekaligus bersalah.

"Iya ma, mama tenang aja ya, Viola anak mama ini kuat kok", ucap Viola dengan nada pede.

Devina hanya bisa tersenyum kecil, meskipun dalam hatinya ia sedikit tidak tega melihat gadis kecilnya harus bekerja pada hari libur yang seharusnya ia gunakan untuk bersenang-senang bersama temannya.

Tak memerlukan waktu lama untuk Viola menyelesaikan sarapannya, ia lalu bergegas menuju ke café tempat ia bekerja. Sudah 3 tahun ia bekerja di café itu sejak ia duduk di bangku kelas satu. Pada awalnya ia hanya iseng membantu shift temannya yang ia gantikan, dan berujung bekerja disana.

"Pagi Kak Mery", ucap Viola ketika memasuki café.

"Pagi Viola, seperti biasa kamu pagi sekali", ucap Mery dengan senyum.

Café masih sepi karena belum jam operasionalnya. Namun para pegawai sudah mulai berkumpul dan bersiap-siap untuk open. Viola segera menaruh tasnya dan memakai topi hitam, agar rambutnya tidak masuk ke dalam makanan maupun minuman.

Viola dengan cepat melihat chart yang berisikan apa saja yang harus dibuat. Ia melihatnya dan dengan cepat tangannya bekerja.

"Aku sedang buat whipped cream, kamu grinding coffee aja dulu", ucap Mery ketika melihat Viola mulai bekerja.

The GravityWhere stories live. Discover now