THREE

12 3 0
                                    

Keesokan harinya, Viola berjalan di koridor dengan tatapan kosong, seperti sedang tenggelam dalam pikirannya.

"Viola."

Tidak ada jawaban.

"Viola."

Masih sama.

"VIOLA TITANIA!"

Viola terkejut dan membalikkan badannya, menemukan Iris yang terlihat sedikit kesal berjalan ke arahnya.

"Kamu kenapa aku panggil ga nyahut?", tanya Iris kesal.

"Ah, maaf, aku sedang melamun tadi", ucap Viola dengan nada maaf.

"Apa kamu baik-baik saja?", tanya Iris yang menyadari raut wajah Viola tidak biasanya.

"Nope, i'm fine", ucap Viola dengan senyum kecil.

Pikiranku baik-baik saja, tapi hatiku engga, gumam Viola dalam hati.

Di dalam mobil, awalnya hening menyelimuti seisi mobil. Orion fokus menyetir, Hazel melihat ponselnya sambil sesekali melirik ke arah Orion dan Viola yang duduk gugup di kursi penumpang.

"Kita mau nonton apa Ion?", tanya Hazel yang mengecek film dari ponselnya.

"Anything ok", balas Orion singkat.

"The Conjuring 3 okay?", tanya Hazel.

"Tapi kan lo ga bisa nonton film horror", ucap Orion sedikit khawatir.

"Isokay, lagi pengen nonton horror aja", ucap Hazel dengan nada yakin.

"Just don't stick to me kalau lo takut", ucap Orion dengan nada malas.

"Ih kenapa gitu sih, kan namanya juga gua takut", ucap Hazel dengan nada ngambek.

Orion tidak menjawabnya dan melihat ke belakang melalui kaca tengah mobil, dan saat bersamaan Viola juga sedang menatap ke arah kaca itu, keduanya menatap satu sama lain. Orion memberikan senyum kepada Viola.

"So, bagaimana hari pertama kuliahmu?", tanya Orion.

"A-aku?", Viola bertanya ketika Orion masih menatapnya dari kaca.

"Jadi kalau bukan kamu siapa lagi? Hazel?", ucap Orion dengan nada mengejek, sementara Hazel menatap Viola dengan tatapan tajamnya, membuat Viola risih akan hal itu.

"I-I'm doing fine, aku menikmatinya", ucap Viola dengan gugup namun senang.

"Good then, semoga kamu betah di Reigh, dan kalau bisa daftar jadi anggota muda SED", ucap Orion.

"Akan aku pertimbangkan kak-maksudku Orion", ucap Viola.

Sementara Hazel sudah menggigit bibirnya karena kesal, dan Viola dapat merasakan kalau ia akan segera memiliki musuh, melihat tatapan Hazel yang tidak kunjung melembut kepadanya.

Tak lama, mereka sampai di depan rumah Viola.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang, padahal aku bisa sendiri", ucap Viola.

"Isokay, kan aku juga lewat sini", ucap Orion yang bersandar pada pintu mobilnya.

"Duluan kak-maksudku Orion, nanti kak Hazel marah", ucap Viola.

"No, no, kamu masuk dulu baru aku pergi, and Hazel, gausa takut dengannya", ucap Orion dengan senyumnya.

Astaga, dimplenya itu, gumam Viola dalam hati.

The GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang