ONE

35 4 0
                                    

"Viola, ayo cepat sarapan, kamu bisa telat ke kampus!", terdengar suara teriakan wanita.

"Iya ma, sebentar Vio lagi beberes barang", ucap Viola yang dengan cepat memasukkan barang-barang yang sudah ia siapkan semalam di atas meja.

Viola kemudian merapikan kerah kemeja putih yang ia kenakan dan mengambil kaos kaki putih yang berada di atas kasurnya. Ia kemudian mengambil tasnya dan berlari turun ke bawah. Ia menggambil roti yang sudah disiapkan dan memakannya dengan cepat, lalu meneguk segelas susu.

"Pelan-pelan makannya nanti kamu tersedak gimana", ucap Devina yang keluar dari ruang dapur dengan kotak makan berwarna biru di tangannya.

Devina kemudian memberikan kotak makan itu kepada Viola, "Makasih ma", ucapnya.

Viola kemudian duduk di anak tangga dan memakai kaos kakinya, lalu disusul dengan sepatu hitam. Hari ini hari pertama ospek kampusnya, dan seperti biasa, mahasiswa-mahasiswi baru harus memakai atribut yang sudah ditetapkan oleh Student Executive Board (SED) kampus masing-masing.

"Ma, aku berangkat dulu ya, bye", ucapnya yang berjalan keluar dari rumah.

"Hati-hati sayang, nikmati hari pertama kamu di kampus ya", teriak Devina dari ambang pintu.

Viola kemudian berjalan menuju ke halte bus yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Ia harus naik bus ke kampus karena pertama, ia tidak memiliki mobil dan ia juga tidak bisa menyetir. Di keluarganya hanya ada dirinya dan Devina yang berstatus sebagai single mother, yang harus menghidupi Viola sebatang kara, tanpa bantuan siapapun.

Frederick, papanya, sudah meninggal sejak Viola berusia 5 tahun karena kecelakaan mobil. Saat itu juga Devina dan Viola harus bertahan hidup berdua di dunia, tanpa bantuan siapa-siapa, karena keluarga ayahnya mendadak menghilang begitu saja ketika ayahnya meninggal.

Viola segera naik ke bus yang mengarah ke kampusnya. Untunglah ia berangkat di jam yang pas, sehingga bus masih sepi dan ia tidak harus berdesak-desakan dengan orang-orang di hari pertama dunia perkuliahannya.

Ia memilih untuk duduk di pojok belakang dan melihat ke arah jalanan pagi New York yang masih sepi. Ia mengambil earphone dari saku celananya dan menyantolnya ke kedua telinganya.

Reigh University, salah satu kampus ternama dan tertua di New York, yang didirikan pada tahun 1780 dengan nama sebelumnya Winner's College. Berkat dirinya yang pintar, Viola mendapatkan beasiswa dan hal itu membuatnya lega, karena ia bisa mengurangi beban biaya keluarganya.

Ia berjalan menuju ke lapangan tempat yang ditetapkan untuk berkumpul. Matanya berbinar dengan penuh kagum sekaligus senang karena keindahan kampusnya. Reigh University  terdiri dari bangunan-bangunan berwarna putih dan merah bata, terlihat seperti zaman dahulu, namun kesan mewahnya terlihat jelas dalam corak di setiap bangunannya.

Viola kemudian mengeluarkan secarik kertas bertuliskan nomor kelompok yang ia dapatkan ketika sewaktu pendaftaran ulang seminggu yang lalu. Ia melihat ke sekeliling, semua rata-rata sudah berbaur dan sepertinya sudah menemukan kelompoknya.

Viola bukan tipe orang yang mudah mendekat atau mengutarakan duluan, ia lebih ke tipe yang menunggu orang mendekat kepadanya. Maka dari itu, ia hanya berdiri di pojok lapangan, ditemani oleh lampu lapangan yang juga menyendiri.

"Em.."

Viola membalikkan badan ke arah suara itu berasal dan menemukan seorang gadis berambut pirang dengan senyum sedang melihat ke arahnya.

"Kalau boleh nanya kelompok berapa ya?", ucapnya dengan ramah.

"Emm...kelompok 4", ucap Viola gugup.

The GravityWhere stories live. Discover now