13. MENCARI ALASAN

2K 223 51
                                    

Puntung rokok keempat yang baru saja diinjak oleh Bens menandakan bahwa sudah empat jam dia duduk sendirian di sini. Di dalam gudang yang berada di belakang sekolah, yang posisinya berdekatan dengan Warmam. Bahkan dari tempat gelap itu, Bens dapat mendengar bagaimana kehebohan di Warmam ketika seluruh anggota Destroyer berkumpul.

Bens kembali menghidupkan pemantik api, mengarahkannya pada ujung rokok kelima yang sebelumnya sudah dijepit di sela bibirnya. Seperti orang depresi, Bens menghisap lama benda mematikan tersebut. Pikirannya seperti bukan di sini, terlihat dari tatapan kosongnya yang mengamati pintu gudang sedari tadi.

Tak berselang lama, tatapan kosong Bens menghilang bertepatan dengan terbukanya pintu tersebut. Menyebabkan cahaya dari luar memasuki tempat gelap dan berdebu itu beberapa saat. Bens mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya itu, matanya sengaja menyipit, hingga dia menyadari bahwa sosok yang baru saja tiba adalah sahabatnya, Aksel Daru Achilles. Sosok berandalan yang berwibawa dengan wajah tampan yang terkadang konyol dan menjadi daya tarik tersendiri.

"Mau sampai kapan lo kayak gini terus, Bens?"

Suara Aksel menginterupsi, sepasang kakinya membawanya menuju ke hadapan Bens yang terduduk sambil bersandar pada dinding gudang.

Aksel menggerakkan matanya, ketika posisinya sudah berada di hadapan Bens yang sedang selonjoran menikmati sebatang rokok. Memandangi keadaan gudang yang minim cahaya, kotor dan sempit. Aksel tidak habis pikir mengapa sahabatnya itu memilih gudang untuk dijadikan tempat pelarian.

Tanpa merasa jengkel karena Bens tak merespons ucapannya, Aksel ikut duduk di hadapan Bens. "Selama ini yang gue tau tentang lo cuma bunda. Keadaan bunda yang lemah memaksa lo untuk terlihat buruk di mata orang-orang. Lo berusaha menyembunyikan itu semua dari gue dan juga Dewa. Lo pikir kita nggak mampu bantuin lo?" Aksel memulai percakapan seolah meminta penjelasan.

Sepasang mata gelap Bens yang terlihat seperti kurang tidur itu membalas kontak mata Aksel. "Gue nggak pernah beranggapan lo sama Dewa nggak mampu bantuin gue!" tukasnya sedikit tersulut emosi.

"Kalo gitu jelasin, apa yang membuat lo ngelakuin itu sama Dewa? Apa yang bikin lo memilih keluar dari Destroyer saat Dewa udah minta maaf sama lo dan minta lo buat balik jadi tim inti?"

Banyak yang ingin Aksel tanyakan sejak lama, namun dia mengurungkan niatnya. Berharap cowok itu sendiri yang akan menceritakan apa alasannya. Namun dari waktu ke waktu, Aksel tak kunjung mendapatkan keterangan dari Bens. Cowok itu malah semakin bertindak diluar dugaan. Dan karenanya, Aksel penasaran akan rahasia besar yang selalu Bens tutupi dari semua orang.

Melihat Bens tak kunjung menjawab dan semakin sibuk dengan rokok di bibirnya, Aksel kembali berucap, "Selama ini anak-anak nggak tau kalau Dewa udah rendahin harga dirinya buat minta maaf sama lo. Mereka nggak tau apa yang terjadi antara lo sama Dewa. Yang tau masalahnya cuma gue, Bens. Gue harap lo mau berterus terang tentang tindakan gila lo yang bikin gue sama Dewa nggak habis pikir."

"Dan lo pikir enak jadi gue, hah?! Mati-matian gue nyari uang buat makan, di sisi lain gue harus beliin obat buat bunda. Belum lagi mikirin biaya rumah sakit kalau bunda tiba-tiba pingsan dan kondisinya memburuk?! Lo nggak akan pernah ngerasain apa yang gue rasain, Sel. Karena lo, hidup di kakinya Dewa sama keluarganya!"

Mendengar jawaban Bens yang seakan-akan menjatuhkan martabatnya, Aksel tentu saja tidak terima. Sebelum mengambil tindakan tegas, Aksel sempat tersenyum miring sembari mendengus. Tak menyangka bahwa Bens berani merendahkan dirinya dengan ucapan seperti itu.

"Anjing lo, Bens! Nggak tau diri lo!"

Bugh!

Satu pukulan Aksel segera menghantam rahang Bens, hingga membuat cowok itu pening dengan posisi badan sedikit membelakangi Aksel yang sedang dikuasai amarah. Rokok yang sudah ada di sela jari Bens terjatuh di lantai gudang, lalu diinjak oleh Aksel dengan wajah merah padam.

Bens Wulan 2020Where stories live. Discover now