36. SEKELABAT RASA

217 44 7
                                    

Dua minggu berlalu, Wulan menjalankan rutinitas yang sama selepas Kiyara ditetapkan untuk dirawat di rumah sakit. Membersihkan rumah, menjaga Kiyara, mengantarkan makanan, sekolah ditemani oleh Meta, Renata dan Kayla selama Bens tak bisa bersamanya. Selama itu pula, Wulan melihat Bens, Hastra dan Heksa bolak-balik dari ruangan Kiyara menuju ruangan Hera. Pada keadaan yang sama, Hastra juga tampak semakin kacau ketika memikirkan Alya. Suasana hatinya menjadi tak menentu, dia mendiamkan siapa saja yang ditemuinya.

Waktu dua minggu ternyata tak cukup bagi Alya untuk segera datang menemui Hastra. Lalu kapan? Dan apa yang sebenarnya terjadi kepada Alya setelah apa yang ia lakukan pada gadis itu? Alya sama sekali tidak menghubunginya untuk meminta pertanggungjawaban. Semakin membuat rasa bersalah dalam diri Hastra membengkak.

Hari beranjak sore, waktunya Wulan berpamitan untuk pulang ke rumah. Membersihkan diri, membersihkan rumah, mengerjakan tugas dari sekolah, menyalinkan materi untuk Bens selama laki-laki itu tidak masuk sekolah. Beruntung Pak Andro yang begitu baik mengantarkan pulang, sehingga Wulan tak perlu repot-repot mencari kendaraan umum saat tubuhnya sudah terlalu lelah.

"Hubungan keluarga Biyantara terbilang sangat buruk, Non. Dari yang saya lihat, bukan karena disengajakan untuk saling membenci, tetapi karena rasa sayang dalam hati menuntut untuk melindungi orang yang dikasihi. Tuan Heksa sudah banyak menderita, menerima banyak penghinaan bukan hanya dari keluarganya sendiri. Tetapi juga dari pihak Nyonya Kiyara yang sudah memutuskan hubungan dengan anak semata wayangnya itu." Pak Andro menceritakan tentang keadaan yang membuat Heksa terjebak, Wulan mendengarkan di belakang. Walau matanya menelusuri trotoar jalan, bukan berarti ia tak mendengarkan penuturan Andro perihal, apa yang Heksa lakukan tampak tak sejalan dengan yang diharapkan oleh anak-anaknya.

Wulan tersenyum gamang, ia tak berniat untuk mencampuri urusan keluarga terpandang itu. Hanya saja, ia perlu sedikit angkat bicara. "Pak Andro pasti paham, seorang ayah akan melakukan apapun agar bisa menyelamatkan kehidupan anaknya. Yang saya lihat, Om Heksa melakukan hal yang sama. Seolah-olah fokus pada satu titik, padahal dia sedang berusaha menyelamatkan orang-orang yang dicintainya. Dia rela menghancurkan dirinya sendiri demi menyelamatkan orang-orang yang dicintainya," papar Wulan panjang.

Andro menatap Wulan dari kaca berbentuk persegi panjang yang menggantung tak jauh darinya, laki-laki yang belum menikah itu mengulum senyum.

"Hanya karena satu kesalahan yang Om Heksa lakukan di masa lalu, semua yang dia lakukan saat ini menjadi salah. Dia hanya melakukan penebusan dosa terhadap anak dan istrinya. Apalagi dia menyadari, bahwa ia adalah penyebab kehilangan calon buah hatinya yang bahkan belum sempat lahir ke dunia. Terlebih lagi menjadi alasan utama penyebab persiteruan antara Hastra dan Hasta, maupun Crisya dan Kiyara."

"Non Wulan benar, kelihatannya Non Wulan sangat mengenal keluarga Biyantara. Benar kalian sedang dekat?" Pertanyaan Pak Andro mulai merujuk pada hal pribadi, membuat Wulan berpikir dua kali untuk menjawabnya.

Gadis itu tersenyum tak enak, lalu menjawab, "Pak Andro harusnya manggil saya Wulan aja, nggak usah pake embel-embel non. Soalnya saya cuma—"

"Saya sama Tuan Heksa sudah tau semuanya. Selama ini Tuan Heksa mencaritahu segala hal tentang Non Wulan."

"Dan dia membenci saya, Pak?"

"Lebih tepatnya khawatir kalau anaknya terlalu melibatkan diri dalam permasalahan yang tidak memiliki kaitan dengannya."

Entahlah, Wulan bingung harus berekspresi bagaimana sekarang. Yang jelas ia sedikit kecewa karena ia pikir sebelumnya, Heksa menaruh sedikit pengertian terhadapnya. Namun bentuk perlawanan Bens selama ini seakan menjawab segala pertanyaan yang datang menghantam Wulan. Heksa egois. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri.

Bens Wulan 2020Where stories live. Discover now