41. UNTUK PERTAMA KALINYA

199 47 13
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Setelah berhasil menyelamatkan Hastra dari kesialan yang menimpanya, Heksa membawa kedua anaknya pulang ke rumah. Rumah yang dahulu pernah Bens tinggali bersama bundanya dan menyimpan banyak kenangan yang sulit dilupa. Baik Hastra maupun Bens, tak pernah melihat sisi lain Heksa sebelumnya. Ternyata laki-laki itu tak seburuk yang mereka pikirkan selama ini.

Sesampainya Heksa di kediamannya, ia langsung memboyong keduanya menuju ruang keluarga. Meminta anak-anaknya duduk lalu bergegas menuju dapur, ia terlihat sibuk tanpa memedulikan punggung tangannya yang mengeluarkan darah. Mencari keberadaan ember, handuk berukuran kecil, serta kotak obat-obatan.

Bens duduk bersebelahan dengan Hastra di sofa, keduanya baru kali ini melihat sosok ayah dalam diri Heksa. Ya, Heksa ternyata benar-benar seorang ayah, ayah dari tiga anak yang berbeda ibu. Aksinya saat ini cukup memukau lantaran sebelumnya tak pernah berbuat demikian. Melihat Heksa panik dan kembali dengan seember air hangat serta kotak P3K, Bens sadar bahwa ternyata Heksa sama seperti ayah yang lain. Dia akan merasa terluka jika anak-anaknya terluka.

Mungkin rasa benci gue besar, Heksa. Tapi gue sadar, ada yang lebih dari itu. Rasa sayang, hormat dan bangga gue terhadap lo, dan ada sedikit kekecewaan yang nggak bisa gue simpan sendirian. Atau bahkan gue sembunyikan dari lo, kejadian itu mencekik gue perlahan-lahan. Gue hampir mati, berkat bunda gue bertahan.

"Apa yang bikin mereka nyerang kamu, Hastra? Mereka bahkan mau kamu mati di sana."

Suara pelan Heksa pelan-pelan menyelinap masuk ke telinga Bens, menyadarkan dia dari kenyataan yang ternyata bertolak belakang dengan pemikirannya selama ini. Heksa ternyata masih bisa diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. Dan hal itu membuat kedua mata Bens memanas, sekaligus bertanya-tanya apakah laki-laki di depannya ini memang pantas untuk mendapat kesempatan?

Hastra masih diam, enggan menjawab pertanyaan Heksa yang tentunya mempunyai alasan yang serius. Dengan sepasang matanya, Hastra melihat Heksa meremas handuk kecil di dalam ember, lalu membersihkan luka di tubuh Hastra secara perlahan. Hastra dan Bens diam saja melihat hal itu, membiarkan ayahnya melakukan apa yang dia mau.

Heksa terlihat mengatur napasnya, lalu kembali bertanya, "Kesalahan apa yang udah kamu perbuat sampai mereka ingin kamu mati tanpa sedikit toleransi?"

Pertanyaan Heksa kali ini membuat Hastra gelagapan, bingung bagaimana menjelaskan dan khawatir akan keadaan kedepannya. Takut akan reaksi Heksa mengenai jawabannya. Terlebih lagi ketika tatapannya berserobok dengan Bens, laki-laki itu ternyata juga sedang menunggu jawaban darinya.

Beberapa detik bertatapan, Bens mengerutkan keningnya. Ia tak bisa mendeteksi jawaban lewat mata tajam adiknya. "Lo nggak denger bokap ngomong apa? Kenapa malah lihatin gue? Kurang berkenan gue di sini?" tanya Bens seakan nyolot. Padahal ia hanya ingin Hastra bersuara, agar Heksa segera mendapat jawaban atas pertanyaannya.

Bens Wulan 2020Where stories live. Discover now