Do What You Want to Do

134 29 6
                                    

"Kamu pernah nggak Sam, privasiin snap whatsapp kamu dari sebagian orang cuma karena kamu ngerasa nggak enak sama dia?"

Kafe kecil di bilangan Jakarta Pusat itu tidak begitu ramai pengunjung. Sepertinya karena ini masih pukul sepuluh pagi.

"Enggak."

"Aku sering, bahkan selalu. Gimana, ya, Sam ... aku cuma ngerasa kalau apa yang aku posting malah bakalan buat mereka keganggu." Kina seperti merasa putus asa terhadap dirinya sendiri.

Sam menatap gadis itu lembut, tatapan yang ia harap bisa menenangkan Kina. "Itu hak kamu kali, Na, buat posting apapun."

"Tapi aku tetap ngerasa nggak enak aja, Sam."

"Kamj hapus aja kontaknya sekalian, Na? Lagian kan, mereka juga nyimpen kontak kamu. Berarti mereka nggak ada masalah dengan itu. Udah konsekuensi kali, Na ...." Sam tahu betul gadis itu tidak pernah percaya diri bila berkaitan dengan golongan atas. Yang dia maksud itu pasti mereka.

"Aku nggak percaya diri aja snap aku dilihat mereka, Sam. Maksudnya, aku takut postinganku nggak ada apa-apanya buat mereka."

Sam menggenggam jemari gadis itu, dugaannya ternyata benar. "Terus kenapa, Na? Kenapa kalau misalnya postingan kamu nggak ada apa-apanya dibanding mereka? Kamu yang punya akun, kan? Lagian mereka nggak pernah ngomongin snap kamu, kan?"

"Ya ... kali aja mereka ngomongin di belakang aku?" Ah, gadis itu selalu merasa begitu.

"Udahlah, Na ... Nggak usah terlalu nggak enakan, deh ... Lakuin aja apa yang mau kamu lakuin. Selama kamu senang dan itu nggak ngerugiin orang lain, lanjut aja. Mereka juga nggak pernah, kan, ngerasa nggak enak ke kamu?" Sam tersenyum tulus. Kina rasa, laki-laki itu adalah orang yang paling bisa menenangkan dirinya yang selalu menyimpulkan sendiri sesuatu.

"Ya tapi, Sam—"

Sam menggeleng, "Berhenti mikirin perasaan orang lain segitunya, Na. Kamu terlalu berharga cuma buat sekadar peka sama perasaan orang lain yang dia sendiri nggak pernah sedikit aja mau mikirin perasaan kamu."

"Nggak bisa, Sam—"

Untuk yang kedua kalinya, laki-laki itu menyela ucapannya. "Semuanya bisa kalo dicoba, Na. Pelan-pelan."

Secangkir kopi di hadapan gadis itu seakan menertawakannya. Iya, Sam benar. Kina terlalu mengkhawatirkan perasaan orang lain hingga perasaannya sendiri ia telantarkan.

***

Media: pinterest.

-ars
0:34 AM, Apr 14th, 2020

The Deep TalkWhere stories live. Discover now